BANGSA yang besar adalah bangsa yang tak pernah melupakan sejarahnya. Nukilan yang dikutip dari perkataan Bung Karno ini benarlah kiranya, apalagi bila melihat kebesaran bangsa-bangsa seperti Eropa, China dan India. Selain bisa merawat sejarah bangsanya, mereka juga bisa memaknai sejarah bangsanya.
Dan satu hal yang terpenting adalah, meski bangsa mereka telah lama melakukan berbagai petualangan dan menemukan dunia yang baru. Namun mereka tidak pernah melupakan tanah airnya. Itulah yang dapat kita lihat dari kisah petualangan Cristoforus Columbus, para saudagar dari Guzarat, atau pun para perantau dari Tanah Tiongkok.
Kini, berkat petualangan tersebut, anak cucu mereka yang mengikuti langkah yang sama. Mereka menyebar ke hampir semua penjuru dunia. Terutama Bangsa China. Seolah-olah, tidak ada satu pun tempat di dunia ini yang tidak dihuni oleh orang-orang dari bangsa mereka.
Begitupun sejatinya bangsa Indonesia, yang juga telah lama memiliki sejarah petualangan yang heroik dan membanggakan. “Nenek moyangku seorang pelaut. Gemar mengarung luas samudera. Menerjang ombak tiada takut. Menempuh badai sudah terbiasa.” Satu buah bait lagu tersebut seringkali kita lantunkan di masa kecil. Tak lain merupakan gambaran kehebatan nenek moyang kita, yang pernah menguasai nusantara. Mampu mengarungi samudera yang luas, mulai dari Tanah Tiongkok hingga ke pesisir Madagaskar, Afrika Selatan. Tidak heran jika negara kita disebut sebagai Negara Maritim.
Agar kita tak lupa sejarah, seberti disinggung Bung Karno, di Jakarta ada sebuah museum yang menyajikan sejarah mengenai kemaritiman di Indonesia. Museum ini bernama Museum Maritim Indonesia di Jalan Pasoso No.1 Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Di masa pandemi Covid-19 dan karantina mandiri yang memaksa kita untuk tetap berada di dalam rumah, Museum Maritim Indonesia ternyata masih tetap bisa dijelajahi, msekipun secara virtual. Tak perlu datang langsung kesana, cukup buka lap top, hubungkan dengan internet, lalu kita pun sudah bisa langsung menelusuri seisi museum.
Lebih mudahnya, kita tinggal berkunjung ke laman maririmuseum.id., lalu cari layanan virtual tour di laman tersebut. Niscaya kita akan diajak berkeliling mengitari isi Museum Maritime Indonesia. Melalui layanan virtual tour ini, kita juga dapat menjelajahi museum dengan tampilan 360 derajat.
Sejarah Deklarasi Djuanda
Saat pertama masuk dalam laman virtual tour Museum Maritim Indonesia, kita langsung dibawa masuk ke bagian lobby museum. Perjalanan ini dipandu dengan mengklik tanda panah berwarna putih, setiap kali ingin berpindah ruangan.
Secara teknis, virtual tour di museum ini sama dengan di museum-museum lainnya. Kita hanya perlu mengikuti panah putih tersebut untuk mengelilingi museum. Misalnya, di bagian awal kita diajak untuk melihat bagian obje sejarah pelabuhan dan pelayaran pada masa awal kemerdekaan.
Di bagian ini, terdapat sebuah patung dada Ir. H. Djuanda. Keterangan lebih lanjut terkait objek ini pengunjung bisa mengetuk tombol i dalam lingkaran merah. Ada keterangan dan video singkat yang menceritakan sosok Ir. H. Djuanda dan sejarah Deklarasi Djuanda.
Selain objek ini, ada juga sebuah lorong yang akan membawa kita mengenali sejarah pelabuhan-pelabuhan besar yang ada di Indonesia. Di mulai dengan sejarah pelabuhan Belawan di Sumatera Utara, pelabuhan Teluk bayur, dan Tambang Batu Bara Ombilin di Sumatera barat, dan seterusnya.
Masih di lorong yang sama, kita juga disuguhi sebuah replika Prasasti Tugu yang terkenal dalam sejarah Jakarta. Di dekatnya ditampilkan sejarah mengenai Pelabuhan Tanjung Priok serta pendirian Batavia oleh kongsi dagang Belanda, VOC.
Diceritakan pula bahwa Batavia, berawal dari sebuah bandar kecil di Muara Ciliwung 500 tahun yang lalu, kemudian tumbuh dan berkembang menjadi sebuah kota yang lamat-lamat begitu diimpikan hampir semua orang di nusantara.
Untuk mengetahui perjalanan sejarah pelabuhan di Jakarta, kita bisa mengetuk sebuah tombol yang ada di bagian objek museum Pelabuhan Sunda Kelapa dan Onrust. Saat tombol diketuk, akan muncul video yang menjelaskan sejarah kawasan pelabuhan tersebut.
Setelah puas menyusuri sejarah pelabuhan besar di nusantara, penelusuran dilanjutkan ke ruang kemudi kapal. Di ruang ini ditampilkan perlengkapan keselamatan dalam aktivitas pelayaran, diantaranya ada perahu karet, pelampung, helm, life vest, dan lainnya. Ada pula miniature perahu-perahu yang cantik.
Bagian lain yang menarik untuk dikunjungi adalah sebuah kontainer putih yang berisi informasi tentang periodisasi kawasan pelabuhan sejak masa kerajaan, kolonial, hingga masa kini. Jika kita keluar dari kontainer ada sebuah ruangan kecil berupa replika ruang kemudi kapal. (*)
Ada banyak ruang dan objek museum lagi yang sebetulnya bisa kita kunjungi satu persatu dengan sangat mudah. Caranya dengan mengetuk beberapa menu web di bagian kiri bawah, disitu ada profil museum, list ruangan, lokasi, denah lantai, dan galeri foto. Nah, untuk lebih jelas dan seru lagi, bisa kunjungi Museum Maritim Indonesia secara virtual.