Digitalisasi Sekolah, Metode Pembelajaran di Era Revolusi Industri 4.0

Halaman : 20
Edisi 65/Juni 2023

Perkembangan teknologi informasi saat ini tidak dapat terhindarkan, termasuk di dunia pendidikan. Pendidikan dan teknologi informasi  seharusnya sejalan guna terciptanya pendidikan yang berkualitas. Pada tahun 2019, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Program Digitalisasi Sekolah. Aplikasi Rumah Belajar sebagai salah satu produk pembelajaran digital pun turut mendukung pelaksanaan Program Digitalisasi Sekolah.

Digitalisasi Sekolah merupakan terobosan baru di dunia pendidikan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dalam berbagai aspek pengajaran. Digitalisasi Sekolah dapat mempermudah proses belajar mengajar karena siswa dapat mengakses semua bahan ajar ataupun bahan ujian dalam jaringan.

Baca Juga: Komitmen Melaksanakan Amanat UU Pemajuan Kebudayaan

Peluncuran Program Digitalisasi Sekolah dilakukan di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, pada 18 September 2019. Saat peluncuran di Kabupaten Natuna, Kemendikbud membagikan tablet kepada 1.142 siswa yang terdiri dari 508 siswa kelas 6 SD, 303 siswa kelas 7 SMP, 331 siswa kelas 10 (228 siswa SMA dan 103 siswa SMK). Dalam tablet tersebut, telah diunduh aplikasi Rumah Belajar dari Pusat Teknologi dan Informasi Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom) Kemendikbud. Aplikasi ini menyediakan delapan fitur utama yaitu sumber belajar, buku sekolah elektronik, bank soal, laboratorium maya, peta budaya, wahana jelajah angkasa, pengembangan keprofesian berkelanjutan, dan kelas maya.

Rumah Belajar merupakan pengembangan portal yang diluncurkan Pustekkom pada 15 Juli 2011. Melalui aplikasi ini diharapkan sekolah yang berada di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T) dapat mengikuti kegiatan pembelajaran sebagaimana yang diperoleh sekolah di daerah perkotaan. Selama ini, banyak sekolah di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) sulit dijangkau secara langsung karena kondisi geografisnya. Dengan ketersediaan aplikasi pembelajaran berbasis internet seperti Rumah Belajar, mereka bisa lebih cepat mengikuti pembelajaran seperti anak-anak di daerah perkotaan.

Selain pemberian gawai berupa tablet, Kemendikbud juga memberikan sarana pembelajaran TIK berupa PC-Server, laptop, LCD, router dan eksternal hardisk. Bantuan tersebut diberikan kepada 38 unit sekolah di Kabupaten Natuna, yang terdiri dari 25 SD, 9 SMP, 3 SMA dan 1 SMK.

Di luar Kabupaten Natuna, Kemendikbud juga memberikan bantuan sarana pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan tablet melalui anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Kinerja kepada 5.987 sekolah dan 692.101 siswa. Kemudian melalui BOS Afirmasi, bantuan TIK diberikan untuk 31.387 sekolah dan 1.049.433 siswa.

Secara total, saat ini baru sekitar 1,7 juta siswa dan 37 ribu sekolah yang mendapatkan bantuan TIK dalam Program Digitalisasi Sekolah. Kemendikbud merencanakan tahun depan bisa meningkatkan kebutuhan yang berlipat, sehingga diharapkan dua atau tiga tahun ke depan sekolah-sekolah di Indonesia sudah menggunakan platform digital untuk proses belajar mengajar dan mendukung proses belajar yang konvensional.

Baca Juga: Reformasi Tata Kelola Pendidikan Permudah Masyarakat Peroleh Informasi dengan Layanan Elektronik

Mendikbud Muhadjir Effendy menegaskan, dengan digulirkannya Digitalisasi Sekolah, bukan berarti proses belajar konvensional tidak berlaku, tetapi tetap penting. Karena tatap muka antara siswa dengan guru masih menjadi cara yang paling baik. Pembelajaran tatap muka merupakan cara yang paling tepat untuk mendidik anak terutama dalam rangka membentuk karakter siswa.

Ke depan, Program Digitalisasi Sekolah akan diperluas di 34 provinsi yang sekolahnya berada di desa tertinggal dan sangat tertinggal (afirmasi). Digitalisasi Sekolah juga akan diperluas untuk sekolah yang memiliki rapor mutu dan nilai ujian nasinal serta indeks kinerja daerahnya mengalami pertumbuhan atau peningkatan selama dua tahun terakhir. Diharapkan, Digitalisasi Sekolah dengan penggunaan dan pemanfaatan TIK dapat mempercepat akses pelayanan pendidikan khususnya di wilayah-wilayah pinggiran.

Program Digitalisasi Sekolah merupakan terobosan baru yang memanfaatkan perkembangan TIK untuk mempermudah proses belajar mengajar. Guru dan siswa menjadi semakin mudah mengakses bahan ajar. Selain itu, komunitas guru bisa bekerja sama membuat materi bahan ajar digital atau membuat tes ujian harian secara bersama-sama dalam luar jaringan (offline) maupun dalam jaringan (online).

Kemendikbud tidak hanya akan mendorong siswa – siswa untuk pandai menggunakan gawai dalam proses pembelajaran tetapi juga menuntut peningkatan kompetensi guru di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Guru adalah ujung tombak dari keberhasilan program digitalisasi sekolah guna mempercepat terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas. Kunci keberhasilan program digitalisasi sekolah ada pada guru, sehingga kompetensi guru dituntut menjadi lebih baik. Guru  perlu terus belajar baik belajar bersama instruktur, belajar sendiri, atau belajar bersama rekan sesama guru.

Baca Juga: Penguatan Pendidikan Karakter Fondasi dan Roh Utama Pendidikan

Di era 4.0, guru harus menguasai berbagai sumber yang bisa digunakan sebagai penunjang proses pembelajaran. Guru tidak hanya mengajar, namun  harus menguasai sumber-sumber di mana anak-anak bisa belajar, dan mengarahkan anak-anak agar bisa belajar dari sumber apapun. Dengan begitu dapat dikatakan guru berfungsi sebagai pernghubung sumber belajar atau resorce linker.

Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru tersebut, Kemendikbud melalui Pustekkom memiliki program PembaTIK. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik bidang TIK untuk pembelajaran. Dalam program ini, Pustekkom menggabungkan program PembaTIK sekaligus seleksi Duta Rumah Belajar. Peserta yang menjadi duta rumah belajar merupakan guru yang terbaik di provinsi dan berhasil  masuk seleksi ke level 4. Melalui duta belajar ini diharapkan pengguna aplikasi pembelajaran terus meningkat sehingga proses digitalisasi sekolah berjalan dengan baik dan lahir generasi – generasi yang unggul. (RWT)