Pendidikan Gizi Bagi Remaja untuk Calon Ibu Sehat

Halaman : 18
Edisi 65/Juni 2023

Sebagai calon ibu saat dewasa kelak, remaja putri sebaiknya memiliki kualitas kesehatan yang baik. Ibu hamil yang kurang gizi dan menderita anemia akan memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), selain itu juga meningkatkan risiko kematian ibu. Sejak remaja, calon ibu perlu diberikan pengetahuan gizi, agar kelak tidak melahirkan bayi dengan risiko menjadi anak stunting (pendek)

Anak yang lahir dari ibu yang saat kanak-kanak dan remaja mengalami stunting, berpotensi menjadi anak stunting juga. Kondisi ini terjadi karena anak yang pendek ini akan berkembang menjadi remaja yang pendek. Ia memiliki kemampuan fisik dan masa otot yang kurang, serta berpotensi mempunyai performa akademik yang tidak memadai.

Jika keadaan ini berlanjut dan remaja tersebut kurang mendapatkan perawatan kesehatan dan asupan gizi yang memadai, maka saat remaja putri menjadi ibu atau mengalami kehamilan akan meningkatkan risiko untuk mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan, dan seterusnya. Kondisi tersebut akan berulang seperti lingkaran yang tak berujung. Kondisi ini merupakan kondisi yang berkaitan satu sama lain yang dikenal dengan istilah “gizi daur hidup”

Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 menyebut, sekitar 37 persen atau kurang lebih 9 juta anak balita di Indonesia mengalami masalah stunting. Saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi stunting yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan menengah lainnya. Kondisi ini tidak boleh dibiarkan karena akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, dan ketimpangan lainnya.

Anak dengan kondisi stunting sebenarnya tidak dapat diperbaiki secara signifikan, meski dilakukan upaya-upaya perbaikan gizi. Itulah sebabnya, pencegahan terhadap lahirnya bayi yang berpotensi menjadi anak stunting diperlukan, melalui pemberian edukasi dan pembiasaan gaya hidup sehat kepada peserta didik di sekolah menengah (SMP dan SMA/ sederajat).

Pendidikan ini dapat disampaikan melalui metode-metode pembelajaran

yang relevan bagi anak seusia mereka, baik melalui pendidikan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, agar tercapai kesinambungan proses pembelajaran sehingga status gizi ideal dapat tercapai. Jika perbaikan status gizi baru dilakukan di saat dewasa, maka hal ini sudah sangat terlambat. Status gizi ideal sangatlah diperlukan utamanya bagi remaja putri yang saat dewasa kelak akan menjalani peran sebagai ibu. Untuk remaja lakilaki, pentingnya menjaga status gizi ideal juga berdampak pada status kesehatan di masa dewasa kelak.

Masalah Kesehatan Remaja Permasalahan seputar gizi dan kesehatan pada remaja tidak dapat dianggap remeh, karena dampaknya berpengaruh hingga jangka panjang. Pertumbuhan pada masa remaja menuntut kebutuhan nutrisi yang tinggi agar tercapai potensi pertumbuhan secara maksimal karena nutrisi dan pertumbuhan merupakan hubungan integral. Khusus pada remaja putri, perhatian harus lebih ditekankan terhadap persiapan mereka sebelum menikah.

Persiapan ini penting karena remaja putri kelak akan menjadi calon ibu yang melahirkan bayi. Kesehatan bayi selama dalam kandungan sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu sejak remaja. Jika ingin melahirkan bayi sehat dan kelak menjadi generasi penerus bangsa yang membanggakan, sejak remaja calon ibu harus membiasakan mengonsumsi makanan bergizi untuk mencegah anemia, masalah gizi yang paling sering dijumpai pada remaja.

Masalah lainnya yang kerap dijumpai kaum remaja adalah obesitas. Untuk itu perlu bagi remaja untuk aktif melakukan aktivitas fisik yang berguna untuk membakar kelebihan kalori. Membatasi diri mengonsumsi pangan manis, asin, berlemak, juga sangat berperan mencegah obesitas. Dengan menjaga kesehatan sejak remaja, kelak saat menjadi ibu akan melahirkan bayi sehat dan berkualitas. Gambaran bangsa di masa depan dapat terlihat dari kondisi remajanya saat ini. (*)

Pedoman Gizi Seimbang (PGS) 2014

  1. Syukuri dan nikmati aneka ragam makanan
  2. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan
  3. Biasakan konsumsi anekaragam makanan pokok
  4. Biasakan konsumsi lauk pauk yang berprotein tinggi
  5. Batasi konsumsi pangan manis, asin, dan berlemak
  6. Biasakan sarapan
  7. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman
  8. Biasakan membaca label pada kemasan pangan
  9. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
  10. Lakukan aktivitas fisik cukup dan pertahankan Berat Badan Normal