Peran Lingkungan dalam Pencapaian Siswa Dukungan Penuh yang Mendorong Semangat Juang Siswa

Halaman : 18
Edisi 65/Juni 2023

Raihan prestasi para peserta didik tidak terlepas dari peran lingkungan sekitar, mulai dari keluarga, sekolah, hingga pergaulan. Sistem pendukung inilah yang mampu membangun semangat juang para peserta didik untuk terus menorehkan prestasi, meskipun menemui berbagai tantangan, khususnya di masa pandemi.

Pada tahun ini, Indira Maureen dan Refa Rahmaddiyansyah berhasil menorehkan prestasi dengan menjadi juara dalam ajang kompetisi yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Dalam naik dan turun perjuangannya, Indira dan Refa merasakan betul dukungan dari lingkungan sekitar hingga mereka mampu meraih prestasi tingkat nasional.

Rela pulang-pergi Kota Kediri dan Kabupaten Jombang lima kali dalam seminggu untuk berlatih karate, ketekunan Indira berbuah manis. Pilihan Indira untuk berlatih hampir setiap hari melahirkan penghargaan demi penghargaan. Puncaknya, pada tahun ini Indira berhasil mendapatkan medali emas cabang olahraga karate pada Kompetisi Olahraga Siswa Nasional 2021.

Sang ibunda, Denok Eke Wahyuningtyas mengungkapnya bahwa sang anak berkembang prestasinya sejak bergabung dengan sebuah klub karate di Jombang. Karena itu, ia pun rela mendampingi Indira pergi berlatih tiap Senin, Rabu, Jumat, Sabtu, dan Minggu. Selain itu, sang om juga berperan mengantar dengan kendaraan roda empat. Denok mengaku dirinya total dalam mendukung sang putri.

Bukan hanya menemani tiap Indira berlatih, Denok juga menyemangati ketika Indira merasa jenuh. “Saya bilang, kalau juara bisa membanggakan orang tua. Biasanya setelah itu dia semangat lagi,” tutur Denok.

Sebagai pelajar, Indira tetap harus menjalankan kewajibannya sebagai seorang pelajar. Ia terbiasa membagi waktu antara latihan karate dan mengerjakan tugas-tugas dari sekolah. Meskipun baru pulang latihan karate pada malam hari sekitar pukul 21.00 WIB, Indira tetap menyelesaikan pekerjaan rumah terlebih dahulu sebelum beranjak tidur.

Pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi justru dirasa Indira sebagai sebuah keuntungan, karena tenggat waktu mengumpulkan tugas biasanya jatuh pada malam hari, sehingga ia masih punya cukup waktu untuk mengerjakan.

Pesan ibunda pun menjadi pengingat bagi Indira. “Bunda mendukung karate, tetapi akademik juga jalan terus,” ujar Indira.

Lain lagi dengan kisah Refa Rahmaddiansyah, juara pertama Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) 2021. Bagi mahasiswa semester tujuh jurusan kedokteran Universitas Andalas, Sumatra Barat ini, raihan prestasi demi prestasi seringnya ia dapatkan saat jauh dari orang tua.

Ketika SMA, Refa belajar di sekolah berasrama, sehingga pertemuan dengan orang tua pun terbatas hanya dua atau tiga minggu sekali. Kini, dalam menempuh pendidikan sarjana kedokteran, Refa memilih indekos di Kota Padang, karena jarak yang cukup jauh dengan tempat tinggal Refa yang berada di Kabupaten Pesisir Selatan.

Namun, jarak yang jauh tidak menghalangi orang tua Refa, Rizwan Fauzi dan Fettry Wanti, untuk memberikan dukungan kapan pun Refa memerlukannya. Misalnya saat tiap tahun Refa dipercaya menjadi pembawa acara dalam pergelaran tahunan SMA, orang tua pasti meluangkan waktu hadir dan memberi semangat.

Begitu pun saat Refa mengikuti babak final Pilmapres 2021 di Kota Padang. Ketika itu pihak kampus mendukung penuh dengan memfasilitasi Refa menginap di hotel. Tujuannya agar ketika Refa mengikuti penjurian secara daring, koneksi internet bisa lebih stabil dan Refa pun dapat berkonsentrasi penuh.

Mengetahui sang anak akan mengikuti babak penilaian akhir dalam Pilmapres 2021, kedua orang tua Refa pun berinisiatif hadir dan memberikan semangat secara langsung kepada Refa. Mereka pun turut menginap di hotel tempat Refa mengikuti penjurian.

Tidak seperti kompetisi-kompetisi lain yang pernah diikuti Refa sebelumnya, pada Pilmapres 2021 Refa merasakan beban lebih berat tertumpu di pundaknya. Ia tidak ingin mengecewakan lingkungan sekitar yang telah memberi dukungan penuh. Namun, di saat yang bersamaan Refa sempat pesimistis menjadi juara karena beratnya para kompetitor dari kampus lainnya.

“Di lima belas besar Refa satu-satunya dari Sumatra. Jadi jujur, lihat tema-teman dari kampus-kampus top di Indonesia rasanya insecure, ya udahlah sampe di sini aja,” ungkap Refa.

Sahabat, dosen, dan orang tua pun menangkap keraguan tersebut, karena Refa yang biasanya energik dan tanpa beban tiba-tiba berubah. Dari situ, penguatan mulai hadir. Orang tua dan dosen percaya, Refa telah memberikan yang terbaik dan sudah sampai pada tahap akhir yang memberikan kebanggaan tersendiri.

Ketika akhirnya diumumkan menjadi juara pertama Pilmapres 2021, seketika itu pula beban di Pundak Refa terlepas. Ia menyaksikan sendiri dosen-dosennya yang melakukan sujud syukur, begitu pun orang tuanya di hotel.

Refa berharap, capaian tersebut dapat menjadi batu loncatan baginya untuk meraih mimpi-mimpinya ke depan. Salah satunya, melanjutkan kembali penelitian yang Ia angkat dalam Pilmapres 2021, yakni tentang isolat katekin pada tumbuhan gambir yang dapat dimanfaatkan dalam terapi penyembuhan kanker paru-paru. Ia pun bercita-cita untuk dapat mengabdi sebagai dokter spesialis di tanah kelahirannya, Kabupaten Pesisir Selatan. (DIT)