Peran Orang Tua dalam Tripusat Pendidikan Mari Dampingi Anak Saat Bermasalah di Sekolah

Halaman : 14
Edisi 67/Juni 2024

Orang tua adalah sekolah bagi anak-anaknya. Begitulah istilah yang ada, sebagaimana peranan keluarga dalam melahirkan generasi yang berkarakter baik. Seperti pada program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), keluarga menjadi salah satu bagian yang utama dalam tripusat pendidikan, karena melalui orang tua, anak mulai belajar dari usia nol bulan. Pelibatan orang tua dalam mendidik anak sangat berpengaruh pada karakter yang terbentuk.

Sebagaimana manusia pada umumnya, sejumlah masalah kerap terjadi dalam kehidupan, termasuk pada diri anak sebagai seorang siswa. Dalam proses belajar di sekolah misalnya, seringkali anak menemukan masalah, baik dengan guru, teman atau warga sekolah lainnya. Sebagian besar orang tua pernah menerima laporan dari anak atau dilaporkan pihak sekolah tentang masalah yang terjadi dan melibatkan anak, seperti kehilangan pensil, buku, atau masalah yang lebih berat, misalnya anak mencederai teman atau gurunya.

Kehadiran orang tua untuk mendampingi anak saat mendapatkan masalah sangatlah penting. Orang tua dapat mengamati perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan lebih peka terhadap masalah yang sedang dihadapi anak. Mengutip dari Buku Seri Pendidikan Orang Tua berjudul Mendampingi Anak Ketika Bermasalah, biasanya, anak yang sedang mengalami masalah akan lebih sensitif atau terpancing emosinya, sehingga ia menjadi lebih mudah marah, berbicara kasar, ataupun menangis. Secara gerak tubuh juga akan mudah terlihat, karena anak akan menghindari kontak mata dengan orang lain, ekspresi wajah anak sering murung, menjadi lebih pendiam dari biasanya, atau bahkan jadi suka menyendiri.

Masalah yang dimiliki anak tentunya berdampak juga terhadap psikologisnya, sehingga dapat mengganggu aktivitas anak. Sebagai contoh, anak jadi malas belajar, sulit tidur/lebih banyak tidur, dan selera makan berkurang. Selain itu, masalah yang dimiliki anak dapat terlihat lebih mudah jika anak mengalami perubahan fisik seperti terdapat memar atau luka di bagian tubuh, cara berjalan berubah, muntah-muntah dan lain-lain.

Apa yang Perlu Dilakukan?

Masih dari buku yang sama, jika anak sudah menunjukkan salah satu atau sebagian sikap dari tanda-tanda tersebut, orang tua patut waspada. Orang tua dapat menggali perasaan anak, mendengarkan permasalahan yang sedang dihadapi anak dengan tenang, sabar dan menerima anak apa adanya sehingga orang tua melihat masalah dari sudut pandangan anak. Setelah itu, orang tua sebaiknya mencari atau memperjelas informasi dari sumber yang dapat dipercaya seperti guru, sahabat/teman, atau orang tua teman untuk memahami permasalahan yang dihadapi anak.

Dalam menyelesaikan masalah anak, pelibatan orang tua dapat ditunjukkan dengan meluangkan waktu dan perhatian yang lebih ke anak. Di sini, orang tua mengajak anak berbicara tentang masalah yang sedang dihadapi dalam situasi yang nyaman. Orang tua bisa mengajukan pertanyaan ringan seputar perubahan yang terjadi pada diri anak. Jika anak masih enggan bercerita, yakinkan bahwa orang tua adalah orang yang paling tepat untuk diajak mendengarkan cerita mereka. Pastikan rahasia aman dan orang tua tetap bijaksana saat me.ndengar cerita anak. Sampaikan juga bahwa setiap orang pasti punya masalah. Akan tetapi, bila anak tetap tidak mau bercerita, alihkan percakapan, bicarakan hal lain yang dapat memotivasi dirinya.

Jika anak mau bercerita tentang masalahnya, dengarkan secara saksama sambil saling menatap. Orang tua hendaknya jangan memotong pembicaraan dan mendengarkan hingga selesai. Jangan menyalahkan anak, terimalah perasaan anak dan ungkapkan kembali kesedihan yang didengar orang tua dari cerita anak untuk menunjukkan simpati. Kemudian, orang tua dapat mengajukan pertanyaan terkait dengan masalah yang dialami anak.

Langkah berikutnya yang dilakukan orang tua yaitu mengajak anak untuk mencari penyelesaian masalah dengan memunculkan berbagai cara pemecahan masalah dan akibatnya. Dengan demikian, masalah dapat menjadi sumber belajar bagi anak. Jangan lupa memberi kepercayaan kepada anak untuk menentukan pilihan terhadap penyelesaian masalah, tetapi orang tua tetap fokus pada penyelesaian masalah, bukan pada persoalannya sendiri.

Ikut mendampingi dan meluangkan waktu ketika anak memiliki masalah, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat lainnya menjadi bagian yang penting dalam membangun karakter anak di masa depan. Dengan kepercayaan diri yang dimiliki anak dari hasil pendampingan orang tua dapat membantu anak memperoleh penyesuaian diri dan perkembangan pribadi secara optimal. (PRM)