Sri Soedarsono Perintis Pembangunan Sekolah Modern di Batam

Halaman : 20
Edisi 65/Juni 2023

Siapapun yang tinggal lama di Kota Batam pasti familier dengan sekolah di bawah Yayasan Keluarga Batam yang memiliki sekolah mulai dari TK, SD, SMP, SMA, SMK, hingga Sekolah Luar Biasa (SLB). Sekolah-sekolahnya pun menjadi sekolah favorit bagi masyarakat Batam karena kualitasnya yang bagus. Warga Batam juga pasti tahu Rumah Sakit Budi Kemuliaan (RSBK). Sekolah-sekolah dan rumah sakit itu milik Sri Soedarsono, aktivis sosial dan pendidikan di Kota Batam.

 

Sri Terlahir dari pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA Tuti Marini Citro wardoyo binti Poespowardojo. Ia lahir pada 8 oktober 1938 di Pare Pare, Sulawesi Selatan. Sri merupakan anak keenam dari delapan bersaudara. Ketujuh saudaranya yakni Titi Sri Sulaksmi Mathofani, Sutoto Moh Duhri, Alwini Karsum, Baharuddin Jusuf, Junus Efendi, Sri Rahayu, dan Suyatin Abdul Rahman.

Kepedulian Sri pada dunia pendidikan tak terlepas dari masa lalunya. Ayahnya meninggal saat Sri masih kecil dan ibunyalah yang membesar anak-anak dan bertekad agar semua anaknya bisa bersekolah. Namun, kondisi keuangan keluarga menyebabkan anakanak perempuan tidak memiliki kesempatan bersekolah hingga ke perguruan tinggi. Sri hanya tamat sekolah asisten apoteker (SAA) atau setingkat SMA. Ia dipaksa menjadi perempuan mandiri dan menikah saat berumur 20 tahun dengan seorang tentara bernama Soedarsono yang belakangan menjabat Kepala Badan Pelaksana (Kabalak) otorita Batam pertama, periode 19781988.

Dari hasil pernikahan tersebut mereka dikaruniai empat anak, yaitu tiga anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Keempatnya sukses meraih pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi.

Membangun Sekolah di Batam

Sri Soedarsono datang ke Batam mendampingi tugas suaminya, Soedarsono, yang menjabat sebagai Kabalak otorita Batam mulai tahun 1978. Kepala otorita Batam sendiri dijabat BJ Habibie yang tak lain adalah kakak Sri Soedarsono. Mendampingi suaminya dalam bertugas di Batam, Sri Soedarsono bersama temantemannya mulai berpikir mencoba membangun sebuah institusi pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Batam dalam mengenyam pendidikan yang berkualitas.

Bersama beberapa istri pejabat di lingkungan otorita Batam, Sri berinisiatif mendirikan Ikatan Keluarga Batam (IKB) pada 28 Desember 1978. Pada 21 April 1979, bertepatan dengan peringatan 100 tahun kelahiran RA Kartini, Sri Soedarsono atas nama IKB mengajukan proposal kepada Pertamina untuk mengambil alih semua sekolah Pertamina yang ada di Batam untuk dikelola dan diadakan perbaikan mutu dan kualitas layanan pendidikan. Saat itulah semua sekolah tersebut berubah nama menjadi Sekolah Kartini sampai sekarang.

Diawali dengan berdirinya SD Kartini I dan II, pada tanggal 1 Juli 1979, kegiatan belajar mengajar di sekolah Kartini dimulai, yaitu dari tingkat TK dan SD. TK Kartini berada di dua lokasi, yaitu TK Kartini I di Sekupang dan TK Kartini II di Batu Ampar. Sama halnya dengan TK, SD Kartini pun di buka di dua lokasi berbeda, yaitu SD Kartini I di Sekupang dan SD Kartini II di Batu Ampar.

Tanggal 1 Juni 1980 atas prakarsa Badan otorita Batam dan didukung oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau, Yayasan Keluarga Batam mendirikan SMP Kartini. SMP Kartini ini merupakan SMP tertua yang ada di Batam. SMP ini dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang cukup pesat, baik secara kuantitas maupun kualitas. Tidak mengherankan, pada akhir tahun pelajaran 1999/2000, SMP Kartini Batam menduduki peringkat pertama dari 468 SMP se-Provinsi Riau.

Setelah sukses mengelola pendidikan di tingkat TK, SD dan SMP, pada 17 Juli 1983 Yayasan Keluarga Batam mendirikan SMA Kartini di Jl. Budi Kemuliaan No. 01, Kampung Seraya. Didukung oleh fasilitas pendidikan yang memadai dan tenaga pendidik yang profesional, SMA Kartini dapat tampil melesat menjadi salah satu SMA unggulan di Kota Batam.

Seiring dengan pembangunan dan proses industrialisasi di Batam yang berkembang begitu fantastis, maka Sri Soedarsono atau yang lebih akrab dipanggil Bu Dar mempunyai pemikiran untuk mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kartini. Bersama Board of Education ini, pada tahun 1985 Yayasan Keluarga Batam bersepakat untuk menyelenggarakan pendidikan SMK, yang dahulunya bernama Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Atas (SMKTA).

Yayasan Keluarga Batam juga memberikan layanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Sejak tahun 1985 yayasan ini mendirikan Sekolah Luar Biasa (SLB) Kartini.

Aktif di Bidang Sosial Kemanusiaan

Tak hanya aktif di bidang pendidikan, Sri Soedarsono juga aktif dalam bidang sosial kemanusiaan. Ia sejak lama aktif di Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Batam. Sri juga membangun Rumah Sakit Budi Kemuliaan di Batam.  Tahun 1988, Sri mendirikan Rumah Sakit Khusus Ginjal (RSKG) yang pertama di Indonesia. Ia membangun rumah sakit itu di Bandung, Jawa Barat. Setahun kemudian, ia mendirikan Klinik Khusus Ginjal RA Habibie Cabang Batam.

Selama 30 tahun mengabdi pada bidang sosial kemanusiaan, Sri memperoleh sekitar 25 tanda jasa tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional. Bahkan, pada tahun 2005 Pemerintah Kerajaan Belanda menganugerahkan Bintang Jasa (Royal Reward) dalam bidang sosial dan kemanusiaan Ridder in De ored Van oranjeNassau. Puncaknya tahun 2014, Pemerintah RI memberikan Bintang Mahaputra Nararya kepada Sri Rejeki Hasanah Soedarsono sebagai aktivis bidang kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan, dan kemanusiaan. (DeS)

Ditulis oleh Dedi Arman, Staf Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepulauan Riau

Breaker: Puncaknyatahun 2014, Pemerintah RI memberikanBintangMahaputraNararyakepada Sri RejekiHasanahSoedarsonosebagaiaktivisbidangkesejahteraansosial, pendidikan, kesehatan, dankemanusiaan.