Analisis Pendidikan Kewirausahaan Di Sekolah Menengah Kejuruan

Halaman : 29
Edisi 66/Mei 2024

Pada Prinsipnya, Kewirausahaan merupakan sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dan kemampuan dalam mewujudkan gagasan inovatif dalam dunia nyata secara kreatif dan produktif. Dengan kata lain, kewirausahaan merupakan kreativitas dan inovasi yang dimiliki para lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk menghasilkan nilai tambah bagi dirinya dan bermanfaat bagi orang lain serta mendatangkan kemaslahatan bersama. Potensi entrepreneur seseorang selain ada pada setiap individu (pembawaan) dapat pula dibentuk melalui pembelajaran secara terpadu antara teori dan praktik melalui pelatihan dan atau pemagangan.

Permasalahan yang dihadapi dalam menyelenggarakan pendidikan kewirausahaan sampai saat ini adalah ketersediaan sarana dan prasarana untuk melaksanakan pendidikan kewirausahaan di SMK. Selanjutnya, pola kerja sama yang dilakukan antara SMK dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) serta pengelolaan SMK, khususnya dalam penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan.

Tujuan Pendidikan Kejuruan dan Implikasi Pendidikan Kewirausahaan

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) secara implisit lulusan (SMK) diharapkan dapat memenuhi standar kompetensi yang mencerminkan kemampuannya baik sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Oleh karena itu, proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara aktif, interaktif, kreatif, menantang, menyenangkan, dan mandiri sesuai dengan potensi diri, perkembangan fisik, bakat dan minat, serta psikologis siswa.

Fakta empirik menunjukkan sebagian besar lulusan SMK belum sesuai dengan kebutuhan atau tuntutan para pemangku kepentingan. Para lulusan cenderung sebagai “pencari kerja” dan belum banyak yang mampu bekerja “mandiri”. Di sisi lain, masih rendahnya etos kerja lulusan SMK dalam hal entrepreneurial mindset.

Penyelenggaraan SMK juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk melanjutkan pendidikan vokasi, profesi, maupun akademik (tujuan ganda). Namun demikian, pembelajaran SMK dengan tujuan ganda tidaklah mudah dilaksanakan secara seimbang, secara konseptual dapat diberikan melalui penguatan penambahan materi Ilmu Pengetahuan Alam (matematika, fisika, dan biologi) serta bahasa Inggris untuk membentuk kompetensi berpikir kritis dan analitis serta mampu berkomunikasi. Dalam rangka mendukung program ekonomi kreatif, pada 2010-2014 telah ditetapkan pengembangan kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas, keterampilan, dan bakat indvidu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat.

 

Penyelenggaraan Pendidikan Kejuruan

Dalam pengembangan metodologi pendidikan SMK, telah dirumuskan melalui beberapa kebijakan sebagai berikut: 1) melakukan kajian dan revisi kurikulum SMK agar lebih berorientasi pada pembentukan kreativitas dan kewirausahaan pada peserta didik sedini mungkin; 2) meningkatkan kualitas SMK yang mendukung penciptaan kreativitas dan kewirausahaan peserta didik; 3) menciptakan akses pertukaran informasi dan pengetahuan ekonomi kreatif antarpenyelenggara pendidikan; 4) peningkatan jumlah dan perbaikan kualitas SMK yang mendukung penciptaan insan kreatif dalam pengembangan ekonomi kreatif; 5) menciptakan keterhubungan dan keterpaduan antarlulusan SMK yang terkait dengan kebutuhan pengembangan ekonomi kreatif; 6) mendorong para wirausahawan sukses untuk berbagi pengalaman dan keahlian di SMK dalam pengembangan ekonomi kreatif; dan 7) Fasilitasi pengembangan jejaring dan mendorong kerjasama antarinsan kreatif Indonesia di dalam dan di luar negeri.

Atas dasar kebijakan tersebut, penyelenggaraan SMK menjadi keniscayaan melakukan kerjasama dengan masyarakat, khususnya DUDI, secara terprogram yang dapat menciptakan suasana kerja sama secara mutual simbiosis, mutual understanding, dan mutual benefit.

 

Perkembangan Pendidikan Kejuruan dan Teknologi

Struck (dalam Balitbang, 2010) memberikan perspektif lain terhadap pendidikan kejuruan dan teknologi, yaitu mengarah pada pemberian pengalaman kepada peserta didik agar berhasil dalam melaksanakan pekerjaan di lapangan. Salah satu jenis pendidikan kejuruan dan teknologi, yaitu

sekolah menengah kejuruan teknologi. Ia mempunyai tujuan pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang memenuhi persyaratan kerja tingkat menengah sebagai juru/teknisi sesuai dengan jenis kejuruan tertentu. Dengan demikian, pengelolaan proses pembelajaran lebih diarahkan pada keterpaduan teori dan praktik keterampilan kejuruan yang mengacu pada persyaratan kerja tingkat menengah yang dibutuhkan oleh dunia industri.

Adanya ketidakcocokan antara apa yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja menjadi perhatian serius oleh Direktorat Pembinaan SMK Kemendikbud. Dalam rangka meningkatan kualitas terhadap lulusan SMK, Kemendikbud akan memperbanyak simulasi-simulasi industri di masing-masing SMK. Simulasi industri dimaksud agar para siswa SMK mendapatkan pengetahuan tentang budaya kerja, kondisi riil di industri, dan penguasaan teknologi.

 

Pemberdayaan Masyarakat dan DUDI

Untuk menciptakan hubungan yang dapat menimbulkan mutual symbiosis, mutual understanding, dan mutual benefit dan/atau sinergitas jejaring kerja, Direktorat Pembinaan SMK Kemendikbud telah merumuskan kebijakan strategis, yaitu: 1) pembentukan sistem yang mengatur kemitraan strategis dengan DUDI untuk meningkatkan relevansi lulusan SMK dengan kebutuhan DUDI; 2) optimalisasi

pemanfaatan dana CSR (Coorporate Social Responsibility) dari perusahaan multi nasional untuk peningkatan dan pengembangan bidang pendidikan; 3) pembentukan sistem yang mengatur kemitraan sinergis dengan organisasi kemasyarakatan (misalnya dengan organisasi profesi dalam merumuskan sertifikasi profesi); 4) membangun mekanisme kemitraan antara Direktorat

Pembinaan SMK dengan pelaku usaha untuk mengembangkan pendidikan dan pelatihan yang berkualitas; 5) mendorong pihak swasta untuk membangun lembaga pendidikan dan pelatihan, khususnya yang berkaitan dengan kebutuhan SDM; dan 6) pemanfaatan potensi yang ada di masyarakat dan di DUDI untuk peningkatan kualitas pendidikan pada SMK.

 

Hasil Analisis dan Pembahasan

Keterbatasan sarana dan prasarana yang menjadi permasalahan dalam pendidikan kewirausahaan sangat bervariasi antara program keahlian yang satu dengan lainya, begitu pun antar SMK. Sarana pendukung masih terbatas sebagai simulasi pembelajaran praktik sesuai dengan suasana bekerja di DUDI.

Jika sarana praktik memadai adakalanya jumlahnya terbatas jika dibadingkan dengan jumlah peserta didik. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan pembelajaran pendidikan kewiruasahaan perlu melakukan kerja sama (networking) dengan masyarakat atau pihak DUDI.

Permasalahan lain yang dihadapi yaitu pemasaran hasil produksi. Umumnya SMK penyelenggaran masih kalah bersaing dengan perusahaan swasta yang memang berorientasi pada kualias produksi dan jaringan pemasarannya ke masyarakat. Pemasalahan penyelenggaraan kewirausahaan dalam bentuk “unit produksi” juga dianggap oleh Itjen Kemdikbud dan Badan Pemeriksa Keuangan tidak diperkenankan mana kala hasilnya tidak disetor ke negara. Hal ini dianggap sebagai penghasilan negara bukan pajak (PNBP). Sebenarnya masih ada celah penyelenggaraan kewirausahaan dalam bentuk unit produksi dalam menyikapi permasalahan sebagai PNBP yaitu pemasarannya lewat Koperasi atau badan usaha lainnya yang dibolehkan oleh undang-undang.

Selain itu permasalahan berasal dari internal SMK, yaitu masih bervariasinya tingkat kompetensi guru secara substantif. Hal ini karena pemutakhiran kompetensi guru sering tertinggal dengan perkembangan tuntutan DUDI. Adapun pola kerja sama penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan antara SMK dengan DUDI perlu dirumuskan secara operasional, baik secara terpusat maupun daerah sesuai dengan kondisi dan potensi DUDI di masing-masing daerah.

 

Kesimpulan dan Saran

Pada hakikatnya pendidikan kewirausahaan telah diimplementasikan di SMK semenjak dikembangkannya program pengembangan sekolah seutuhnya (school development) yaitu dalam bentuk program “unit produksi”. Pengembangan unit produksi di berbagai program keahlian telah

menghasilkan produk yang cukup berkualitas, namun masih ada celah kelemahan pada penyelesaian akhir suatu produk dan pemasaran hasil serta ketepatan waktu pengerjaan. Keberadaan unit produksi selain melatih simulasi peserta didik untuk bekerja yang sesungguhnya di DUDI, namun juga dapat dipergunakan sebagai wahana peningkatan kompetensi peserta didik yang sedang melakukan program link and match.

Berdasarkan kesimpulan di atas, beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan meliputi: 1) secara bertahap dan berkesinambungan memfasilitasi sarana dan prasarana yang memadai untuk penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan; 2) menyusun mekanisme kerja sama penyelenggaraan kemitraan dengan DUDI; 3) merumuskan dan melaksanakan pengelolaan SMK secara optimal melalui jejaring kerja dengan berbagai sumber belajar yang ada di masyarakat termasuk DUDI; 4). melakukan benchmarking ke sekolah yang telah berhasil menyelenggarakan pendidikan kewirausahaan.

Langkah selanjutnya yaitu meningkatkan program magang guru bagi guru produktif secara berkala dalam meningkatkan kompetensi sesuai dengan tuntutan pekerjaan dan kemajuan teknologi. Perlu pula dirumuskan mekanisme “pemagangan industri” dan standar operasional prosedurnya bagi pendidik. Terakhir yaitu pemberian dana bergulir secara selektif melalui dana APBN/D di beberapa SMK yang memenuhi syarat sebagai sekolah rintisan model SMK berbasis kewirausahaan di masing-masing daerah sesuai potensinya. (*)

Fungsi Penyelenggaraan Pendidikan Menengah Kejuruan

  1. Meningkatkan, Menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai keimanan, Akhlak Mulia, dan Keperibadian Luhur
  1. Meningkatkan, Menghayati, dan Mengamalkan Nilai-nilai kebangsaan dan Cinta Tanah Air
  1. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan Teknologi serta kecakapan Kejuruan para profesi sesuai dengan kebutuhan Masyarakat;
  1. Meningkatkan kepekaaan dan kemampuan Mengapresiasi serta Mengekpresikan Keindahan, Kehalusan, dan Harmoni;
  1. Menyalurkan Bakat dan kemampuan di bidang Olahraga, Baik untuk kesehatan dan kebugaran jasmani maupun rohani;
  1. Meninkatkan kesiapan fisik dan mental untuk hidup mandiri di masyarakat dan atau melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi

 

Tujuan penyelenggaraan PENDIDIKAN Menengah Kejuruan

  1. Berilmu, Cakap, Kritis, Kreatif dan Inovatif
  1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak Mulia, dan Berkepribadian Luhur
  1. Toleran, Peka Sosial, Demokratis, dan Bertanggung Jawab
  1. Sehat Mandiri dan Percaya Diri