Oleh: Rogers Pakpahan Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang, Kemendikbud
Dalam rangka untuk memeroleh informasi yang akurat mengenai mutu pendidikan dan sistem pendidikan yang berlangsung di berbagai negara dilakukan studi internasional yang dikenal dengan Programme Student for International Assessment atau PISA. Anggota PISA adalah negara-negara yang tergabung dalam OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development) yang berkedudukan di Paris, Prancis. Anggota OECD terdiri atas 34 negara.
Pada tahun 2012 terdapat 31 negara mitra yang berpartisipasi dalam studi PISA 2012 (OECD, 2013a) dan Indonesia merupakan salah satu dari negara mitra dalam studi PISA. Studi PISA merupakan studi untuk mengetahui pengetahuan yang penting dikuasai warga negara dan keterampilan yang dapat dilakukan (OECD, 2013a). PISA bertujuan mengukur sejauh mana pendidikan dasar di suatu negara mampu menyiapkan siswa (warga negara) untuk menghadapi dunia nyata, menggapai pengetahuan yang lebih tinggi, bersosialisasi di kancah global, dan untuk memenuhi kebutuhan dasar.
PISA bukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai materi dalam kurikulum sekolah, melainkan untuk mengukur kompetensi siswa usia 15 tahun dalam beberapa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam masyarakat yang difokuskan pada kompetensi membaca, matematika, dan sains. Kompetensi yang diukur meliputi kemampuan merefleksikan pengetahuan dan pengalaman mereka serta mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.
Penekanannya pada penguasaan proses, pemahaman konsep, dan kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam berbagai situasi di setiap bidang yang diujikan. Informasi dari hasil PISA dapat dimanfaatkan sebagai referensi tentang seberapa baik output pendidikan dasar di suatu negara, sebagai dasar perumusan kebijakan dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam menentukan batas bawah (treshhold) dan batas ambang ideal (bencmark) kemampuan dasar membaca, matematika, dan sains di akhir usia wajib belajar 9 tahun.
Hasil capaian studi PISA menggambarkan efektivitas sistem pendidikan suatu negara dengan perspektif internasional. Studi PISA dilakukan dengan siklus tiga tahun dengan fokus penilaian utama yang berbeda antara literasi membaca, literasi matematika, dan literasi sains.
Gelaran PISA
2000 : PISA pertama kali dilakukan pada tahun 2000 di 32 negara, penilaian utama tentang literasi membaca, matematika, dan sains
2003 : PISA tahun 2003 dilaksanakan di 41 negara, penilaian utama tentang literasi matematika, membaca, dan sains.
2006 : PISA tahun 2006 diikuti oleh 41 negara, penilaian utama tentang literasi sains, matematika, dan membaca.
2009 : PISA tahun 2009 diikuti oleh 65 negara, penilaian utama tentang literasi membaca, matematika dan sains.
2012 : Tahun 2012 diikuti oleh 65 negara, penilaian utama literasi matematika, ditambah literasi membaca dan sains
Keikutsertaan PISA dan hasilnya :
- Posisi Indonesia sejak tahun 2000 – 2012 tampak posisi rata-rata prestasi siswa Indonesia tergolong rendah dibandingkan dengan negara peserta studi.
- Tahun 2000 dengan fokus membaca menempati urutan 39 dari 41 negara peserta.
- Prestasi tahun 2009, terjadi sedikit peningkatan menjadi urutan 48 dari 56 negara peserta. • Tahun 2003 dengan fokus matematika menempati urutan 39 dari 40 negara peserta
- Tahun 2009 sedikit meningkat menjadi urutan 58 dari 65 negara peserta.
- Tahun 2006 dengan fokus sains menempati urutan 48 dari 56 negara peserta.
Statistik nilai ratarata negara OECD
- PISA 2012 menunjukkan nilai ratarata matematika 494 sedangkan capaian Indonesia 375, Qatar dan Kolombia (376), Peru (368)
- Untuk sains, nilai rata-rata 501, capaian Indonesia 382, Qatar (384) dan Peru (372)
Populasi dan sampel
- Populasi penelitian adalah siswa Indonesia yang berusia 15 tahun.
- Sampel penelitian yakni siswa berusia 15 tahun sebanyak 5.622 orang yang tersebar di 31 provinsi.
Peserta terdiri dari 2.860 siswa perempuan (50,9%) dan 2.762 siswa laki-laki (49,1).
Asal sekolah :
- 19,0% SMK (1.067 siswa)
- 39,6% SMP (2.224 siswa)
- 5,5% MA (311 siswa)
- 25,8% SMA (1.453 siswa)
- 10,1% MTs (567 siswa)
Asal sekolah peserta :
- 15,6% sekolah keagamaan (MTs,MA)
- 84,4% SMP, SMA, SMK
Faktor-faktor yang memengaruhi prestasi siswa Indonesia pada studi PISA 2012 :
- Faktor internal yaitu jati diri siswa
- Faktor eksternal yaitu kondisi keluarga, kepemilikan sarana belajar, dan kondisi sosial budaya di rumah.
- Jati diri, kondisi sosial ekonomi dan budaya, kepemilikan komputer, dan buku-buku
- Jenis kelamin, mengikuti pendidikan TK, usia masuk sekolah, mengulang di kelas, membolos, atau tidak hadir di kelas.
- Capaian siswa laki-laki (377) dan siswa perempuan (374), rata-rata 375.
- Capaian tertinggi menurut jenis kelamin Shanghai China (613) dan terendah Peru (368).
- Capaian laki-laki di OECD lebih tinggi daripada perempuan.
- Kemampuan laki-laki secara rata-rata tertinggi adalah Austria, perempuan tertinggi adalah Yordania.
Capaian literasi matematika :
- Menurut kelas menunjukkan adanya tren meningkat dari kelas terendah (7) hingga kelas tertinggi (12) dalam konteks umur siswa 15 tahun.
- Hal itu terjadi karena semakin tinggi kelas maka materi pengetahuan matematika sudah lebih banyak yang dikuasainya dan sudah menyelesaikan pendidikan wajib belajar. Capaian jenjang SMP/ MTs adalah 357 (kelas 7-9) dan SMA/MA/SMK adalah 394 (kelas 10-12).
- Semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin tinggi capaian literasi matematika.
Beda Indonesia, Vietnam, dan Jepang :
- Indonesia menentukan peserta siswa adalah dari SMP/MTs karena siswa berusia 15 tahun lebih banyak pada jenjang tersebut.
- Jepang menentukan siswa dari kelas 10 dan hasilnya adalah 563. Hal itu terjadi karena peserta sudah menyelesaikan pendidikan wajib belajar 9 tahun.
- Vietnam 80% peserta berasal dari SMA dan 20% berasal dari SMP dengan capaian 511.
Capaian literasi :
- Cenderung meningkat dari siswa yang tidak mengikuti pendidikan TK yaitu 370
- Siswa yang mengikuti pendidikan TK 1 tahun atau kurang dari satu tahun capaiannya 390
- Siswa yang mengikuti pendidikan TK lebih dari 1 tahun capaiannya 402,5
Gambaran capaian literasi Jepang dan Turki :
99,1% Peserta dari Jepang mendapatkan pendidikan TK dan capaian 563.
29% Turki pesertanya mendapatkan pendidikan TK dengan nilai capaian 448.
Fakta : serta yang mengikuti pendidikan TK memiliki prestasi literasi matematika yang tinggi sehingga perlu dipertimbangkan untuk siswa sekolah dasar disyaratkan untuk mengikuti pendidikan TK.
Faktor-faktor lain:
- Anak yang berusia 5 tahun sudah masuk sekolah menunjukkan motivasi orang tua terhadap pendidikan yang tinggi dan berasal dari keluarga yang tingat kesejahteraan yang juga tinggi. Kondisi keluarga yang sejahtera menyebabkan mereka segera memasukkan anak ke sekolah dan mereka mengawasi anak dalam belajar.
- Faktor lingkungan sosial budaya siswa yang memengaruhi peserta didik dalam penelitian adalah peserta PISA 2012 berkaitan dengan kondisi rumah tinggal, tugas utama, tingkat pendidikan, pekerjaan ayah ibu, bahasa yang digunakan, dan barang-barang yang dimiliki di rumah.
- Keluarga merupakan tumpuan dari setiap anak, lingkungan yang pertama dari anak, serta dari keluargalah anak menerima pendidikan yang diperlukan dalam menunjang perkembangan anak.
- Capaian peserta PISA 2012 berdasarkan faktor atau kondisi rumah tinggal peserta adalah 362.
- Prestasi tersebut tidak lepas dari peran dan fungsi orangtua karena dalam keluarga ditanamkan sendi-sendi dasar pendidikan yang memengaruhi kepribadian anak.
- Capaian negara peserta Studi PISA 2012 secara rata-rata siswa tinggal bersama ayah ibu 503 sedangkan yang tinggal bersama dengan orangtua tunggal (single parents) 487.
- Pendidikan orangtua memengaruhi pencapaian hasil belajar siswa. Orangtua yang berpendidikan formal lebih tinggi umumnya lebih banyak berbeda dalam pola berpikir, beraspirasi, dan berpandangan, jika dibandingkan dengan orang tua yang tidak berpendidikan formal.