Efikasi Diri dan Kreativitas Menciptakan Inovasi Guru

Halaman : 29
Edisi 65/Juni 2023

Oleh:

Nur Khayati (Guru SMA Negeri 1 Cikarang Utara, nurkayati.pch@gmail.com)

Sri Sarjana (Guru SMK Negeri 1 Cikarang Barat, srisarjana@gmail.com)

Pendidikan pada dasarnya merupakan upaya paling utama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa guna menciptakan pembangunan kehidupan yang lebih beradab dan berbudaya. Hanya dengan pendidikan yang bermutu maka dapat tercipta keunggulan bangsa dalam menghadapi persaingan global yang semakin cepat dan kompetitif. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan pendidikan yang berorientasi pada bagaimana menciptakan perubahan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Pembelajaran yang bermutu sangat diperlukan oleh setiap peserta didik. Oleh karena itu, bagi para pendidik dan tenaga kependidikan, inovasi sistem pembelajaran yang berbasis teknologi informasi sangat diperlukan. Inovasi sistem pembelajaran tidak akan pernah berhenti karena berbagai kebutuhan manusia untuk belajar semakin meningkat.

Sayangnya, masih banyak guru yang tidak inovatif. Padahal guru dapat memanfaatkan internet untuk mengembangkan inovasi dalam hal belajar-mengajar. Di antara 5,6 juta guru di Indonesia, baru sekitar 2% guru yang inovatif, artinya 98% guru tidak inovatif (Iskandar, 2013).

Fenomena rendahnya inovasi guru juga terjadi di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Menurut Saepulloh (2014), Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Menengah Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, rendahnya motivasi guru dalam berinovasi antara lain karena belum mampunya guru dalam menyesuaikan diri dengan perubahan kurikulum, penguasaan teknologi yang masih rendah, serta proses pembelajaran tidak variatif dan masih menggunakan cara belajar yang lama, yaitu dengan menggunakan model ceramah. Guru juga masih menggunakan buku cetak tanpa ada keinginan untuk membuat bahan ajar sendiri. Hal-hal tersebut mengindikasikan bahwa inovasi guru SMA Negeri di Kabupaten Bekasi masih rendah.

Sa’ud (2012) berpendapat bahwa inovasi pendidikan merupakan suatu perubahan baru dan kualitatif berbeda dari sebelumnya serta sengaja iusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan. Pendidikan merupakan suatu sistem, maka inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan komponen sistem pendidikan, baik sistem dalam arti sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain maupun sistem dalam arti luas, misalnya sistem pendidikan nasional. Timbulnya inovasi dalam pendidikan disebabkan oleh adanya persoalan dan tantangan yang perlu dipecahkan dengan pemikiran baru yang mendalam dan progresif. Inovasi pendidikan merupakan upaya dasar untuk memperbaiki aspek-aspek pendidikan agar lebih efektif dan fisien.

Sasaran Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA negeri di Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi dengan objek penelitan guru. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu mulai Maret sampai dengan Mei 2014. Populasi mencakup seluruh guru di SMA negeri di Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi. Populasi terjangkau yang terdiri dari guru-guru pada tiga sekolah SMA negeri di Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi berjumlah 177 guru. Jumlah sampel sebanyak 123 guru yang diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin.

Teknik pengambilan sampel dengan simple random sampling (Sugiyono, 2009). Teknik analisis data menggunakan perhitungan statistik deskriptif untuk mendiskripsikan atau menggambarkan setiap variable dalam bentuk rata-rata, modus, median, simpangan baku, table dan grafik, dan menggunakan perhitungan statistik inferensial untuk menguji persyaratan analisis dan hipotesis yang telah diajukan.

Persyaratan analisis dilakukan dengan uji normalitas data dan uji homogenitas. Uji normalitas galat taksiran dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors. Uji signifikansi dan linearitas regresi untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variable eksogen dengan variable endogen. Teknik statistik analisis jalur digunakan untuk melukiskan dan menguji model hubungan antar variabel yang berbentuk sebab akibat.

Hasil Penelitian

Hasil perhitungan koefisien jalur maka pengaruh efikasi diri terhadap inovasi dapat diketahui dari nilai korelasi koefisien jalur yang menunjukkan pengaruh efikasi diri terhadap inovasi sebesar 0,4465. Hasil uji signifikansi diperoleh thitung = 5,2439 > ttabel = 2,617 pada _ = 0,01 yang menunjukkan koefisien jalur sangat signifikan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri berpengaruh positif langsung terhadap inovasi ditemukan melalui analisis data dengan koefisien korelasi r13 = 0,685 dan koefisien jalur p31 = 0,4465. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hsiao dkk (2011) bahwa wawasan yang penting pada efikasi diri guru dapat\ dimanfaatkan untuk mengembangkan perilaku inovasi guru dalam pekerjaannya.

Sementara itu, pengaruh kreativitas terhadap inovasi dapat diketahui dari nilai korelasi koefisien jalur sebesar 0,3497. Hasil uji signifikansi diperoleh thitung = 4,1069 > ttabel = 2,617 pada _ = 0,01 yang menunjukkan oefisien jalur sangat signifikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kreativitas berpengaruh langsung secara positif terhadap inovasi ditemukan melalui analisis data dengan koefisien korelasi r23 = 0,654 dan koefisien jalur p32 = 0,3497. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Beule dan Nauwelaerts (2013) bahwasanya kreativitas organisasi merupakan pendorong yang penting untuk inovasi.

Untuk pengaruh efikasi diri terhadap kreativitas dapat diketahui dari nilai korelasi koefisien jalur yang menunjukkan pengaruh efikasi diri terhadap kreativitas sebesar 0,682. Hasil uji signifikansi diperoleh thitung = 10,2606 > ttabel = 2,617 pada _ = 0,01 yang menunjukkan koefisien jalur sangat signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri berpengaruh positif langsung terhadap kreativitas. Besarnya pengaruh tersebut ditemukan melalui analisis data dengan koefisien korelasi r12 = 0,682 dan koefisien jalur p21 = 0,682. Hasil penelitian ini sejalan dengan penjelasan Bandura dalam Kreitner & Kinichi (2007) yang mengemukakan tentang pengaruh efikasi diri terhadap kreativitas bahwa peningkatan efikasi diri guru akan berpengaruh pada peningkatan kreativitas guru sehingga berdampak pada maksimalnya pembelajaran kepada para siswa.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan kajian dari penelitian ini dapat disimpulkan: Pertama, efikasi diri berpengaruh langsung positif terhadap inovasi guru. Hal ini berarti bahwa dengan memiliki efikasi diri yang tinggi akan dapat meningkatkan inovasi guru.

Kedua, kreativitas berpengaruh langsung positif terhadap inovasi guru. Hal ini berarti bahwa guru yang memiliki kreativitas yang tinggi akan dapat meningkatkan inovasi guru.

Ketiga, efikasi diri berpengaruh langsung positif terhadap kreativitas guru. Hal ini berarti bahwa guru yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan dapat meningkatkan kreativitas guru.

Saran

Guru sesungguhnya mampu meningkatkan efikasi diri dan kreativitas dalam rangka peningkatan inovasi guru di SMA negeri. Berikut beberapa hal yang disarankan untuk para guru:

  1. Guru dituntut mempunyai efikasi diri yang lebih baik dalam rangka pengembangan sistem pembelajaran di sekolah melalui peningkatan kualitas belajar sehingga dapat menghasilkan inovasi guru dalam pembelajaran.
  2. Guru diharapkan lebih kreatif dalam melaksanakan tugasnya yang dapat berpengaruh terhadap peningkatan kreativitas peserta didik sehingga akan tercipta inovasi guru dalam sistem pembelajaran di sekolah.

Melalui efikasi diri dan peningkatan keyakinan guru dalam melaksanakan berbagai model, strategi, dan fasilitas pembelajaran di kelas sehingga tercipta kreativitas guru yang lebih efektif dan efisien. (*)

Hasil penelitian selengkapnya dapat diakses melalui http://jurnaldikbud.kemdikbud. go.id/index.php/jpnk/article/view /189