Manfaat dan Tantangan UNBK

Halaman : 28
Edisi 65/Juni 2023

Oleh: Rogers Pakpahan Pusat Penilaian Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kemendikbud

Pelaksanaan UNBK dalam sistem pendidikan nasional mulai dirintis penerapannya pada tahun 2013 di sekolah Indonesia di Singapura dan Malaysia. Sekolah tersebut dipilih karena kesiapan sekolah dan ketersediaan fasilitas komputer untuk digunakan peserta didik dalam ujian. Sekolah tersebut merupakan sekolah rintisan dalam penerapan ujian nasional berbasis komputer (UNBK) dan sekaligus merupakan jawaban atas penyempurnaan dalam pelaksanaan UN yang selama ini dilakukan.

Upaya pemanfaatan komputer dalam penyelenggaraan ujian nasional telah dikembangkan sejak lama oleh Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik, 2008). Pada awalnya, model atau aplikasi yang dikembangkan adalah Computerized Adaptive Testing (CAT) yaitu model ujian dengan interaksi langsung dengan komputer yang telah tersedia sejumlah butir soal dan peserta ujian diuji sesuai dengan kemampuannya. Ujian berhenti bila peserta ujian

menjawab soal salah pada sejumlah butir soal dengan tingkat kesukaran tertentu.

Berdasarkan data tingkat kesukaran soal yang dijawab salah dan benar, komputer secara otomatis menghitung (estimasi) kemampuan optimum peserta ujian. Hasil CAT ditentukan pada estimasi kemampuan peserta ujian berdasarkan soal yang dikerjakan. Model CAT memberikan soal sesuai dengan kemampuan peserta ujian. Bila kemampuan peserta ujian rendah maka akan muncul soal dengan tingkat kesukaran rendah. Sedang bila kemampuan peserta ujian tinggi maka muncul soal dengan tingkat kesukaran tinggi.

CAT dapat diestimasi tingkat kemampuan setiap peserta ujian. Peserta didik dinyatakan selesai menempuh ujian bukan didasarkan pada banyaknya butir soal yang dikerjakan dengan benar. Namun, menurut estimasi optimum peserta didik yang dilakukan secara otomatis oleh komputer.

Dalam pengembangan model CAT ada dua komponen besar yang dikembangkan yaitu perangkat lunak dan butir soal serta penyediaan perangkat keras tentunya. Dalam pengembangan perangkat lunak dibuat program aplikasi untuk menghitung estimasi kemampuan peserta ujian dan program yang dapat mengeluarkan soal sesuai kemampuan peserta ujian. Pengembangan butir soal dilakukan dengan mengikuti pengembangan soal teori responsi butir.

Dalam teori tersebut dinyatakan ada dua hal yang berpengaruh terhadap hasil ujian yaitu tingkat kesukaran soal (measure) dan tingkat kemampuan peserta ujian (ability). Pengembangan dua komponen utama dilakukan selama bertahuntahun, sedang untuk pengembangan perangkat keras diserahkan pada satuan pendidikan dan dinas pendidikan atau yayasan pendidikan untuk sekolah swasta.

Pada awalnya, aplikasi CAT telah dikembangkan beberapa tahun yang lalu oleh Puspendik serta telah diujicobakan di Puspendik (2008) kepada peserta didik kelas XI dan XII SMA dan SMK di Jabodetabek. Selanjutnya, model ini diujicobakan pada beberapa satuan pendidikan dan secara daring (dalam jaringan/online) di beberapa provinsi. Kelebihan CAT menurut Weiss dan Vale dalam Gregory (2013) adalah presisi dan efisiensi.

Dalam CAT, peserta ujian diukur dengan derajat yang setara karena ujian terus berlanjut sampai kriteria terpenuhi atau kemampuan optimum. Efisiensi dalam CAT terjadi karena CAT tidak membutuhkan butir soal yang banyak karena dalam ujian komputer secara otomatis dapat mengeluarkan soal sesuai dengan tingkat kemampuan peserta ujian. Berbeda dengan ujian

konvensional atau Paper Based Test (PBT) yang dikembangkan dengan teori klasik membutuhkan lebih banyak butir soal karena untuk mengukur kemampuan optimum peserta ujian dapat dilakukan secara berulang-ulang hingga perlu soal banyak (Gregory, 2013).

Meski menguntungkan dan efisien, namun CAT belum dapat diterapkan dalam UN. Itu karena penggunaan komputer pada UN hanya mengubah media dari kertas dan pensil ke komputer. Dalam UNBK, peserta ujian berinteraksi secara langsung dengan komputer yang memuat butir soal dari mata pelajaran diujikan. Peserta ujian menjawab butir soal seperti ujian tertulis (PBT) dalam komputer. Jumlah butir soal ditentukan sebagaimana ujian tertulis dan karakteristik butir tidak berfungsi sebagaimana dengan pendekatan CAT. UNBK dilaksanakan dengan menggunakan satu komputer untuk satu peserta ujian. Materi atau soal ujian sudah dimasukkan ke dalam komputer dan peserta ujian menjawab pertanyaan serta memberi jawaban dalam komputer tersebut.

Pemanfaatan UNBK dalam sistem pendidikan nasional diterapkan pada beberapa satuan pendidikan yang memenuhi persyaratan dan dimulai pada UN 2015. Jumlah satuan pendidikan yang melaksanakan UNBK yaitu SMP sebanyak 42 sekolah, SMA sebanyak 135 sekolah, dan SMK 379 sekolah serta yang menerapkan UNBK paling banyak di provinsi Jawa Timur (159 sekolah). Total ada sebanyak 556 sekolah di 141 kabupaten/kota pada 30 provinsi di Indonesia.

Untuk mendukung pelaksanaan UNBK ada dua komponen utama yang perlu disiapkan yaitu penyiapan perangkat keras dan perangkat lunak. Ketersediaan komponen tersebut dapat mendukung proses pelaksanaan UNBK. Penyiapan perangkat keras meliputi komputer, internet, dan jaringan lokal komputer. Proses penyiapan perangkat keras dilakukan oleh satuan pendidikan dan dinas pendidikan kabupaten/kota atau provinsi.

Penyiapan perangkat lunak (aplikasi) dilakukan oleh Puspendik meliputi perangkat lunak komputer dan perangkat soal. Perangkat lunak dikembangkan agar dalam proses pelaksanaan UNBK, Komputer dapat mengeluarkan soal secara teratur selama ujian berlangsung untuk setiap peserta ujian. Perangkat soal memuat sehimpunan butir soal (paket soal) yang telah memiliki karakteristik butir soal. Ujian dapat berakhir setelah waktu yang disediakan berakhir atau peserta ujian telah menyelesaikan seluruh soal yang diperuntukkan pada peserta ujian.

Dalam pelaksanaan ujian, perangkat lunak tersebut dihubungkan dengan jaringan lokal di satuan pendidikan dengan komputer yang digunakan dalam pelaksanaan UN. Jaringan lokal ini menghubungkan satu komputer dengan komputer lainnya sehingga dalam pelaksanaan UN terdapat pusat atau server untuk setiap satuan pendidikan. UNBK dilaksanakan secara klasikal dengan alokasi waktu yang ditentukan untuk setiap mata pelajaran. Dalam satu hari ujian ditentukan dengan tiga sesi sehingga satu komputer dalam ujian dapat digunakan oleh tiga peserta didik.

UNBK berlangsung setelah peserta ujian masuk ke ruang ujian dan menghadap komputer yang telah disediakan. Peserta ujian mengisi identitas pengguna (user id) dan sandi pembuka (password). Bila identitas pengguna dan sandi pembuka sesuai, maka akan muncul halaman informasi tentang identitas pengguna (peserta ujian), mata pelajaran, waktu pengerjaan, dan petunjuk umum. Informasi tersebut diperlukan peserta didik (ujian) agar mereka tidak kehilangan kesempatan mengerjakan soal dan hasil yang mereka kerjakan sesuai dengan identitas mereka.

Proses berikutnya adalah untuk mengaktifkan token semacam sandi pembuka dan muncul materi soal serta waktu untuk mengerjakan soal. Bila ada kendala yang dihadapi peserta ujian dalam kelancaran atau pengaktifan komputer, peserta dapat dibantu oleh petugas yang telah disiapkan untuk tugas tersebut. Setelah proses pengisian identitas maka waktu mengerjakan soal dimulai. Perangkat soal yang telah diprogramkan dapat dibuka peserta ujian setelah membuka token (semacam sandi pembuka) yang diberikan oleh proktor. Materi ujian kemudian muncul di layar komputer dan setiap peserta ujian

akan menerima materi soal yang berbeda dengan jumlah soal yang sama. Para peserta ujian diminta untuk mengerjakan soal yang muncul satu soal yang disusul dengan soal lainnya tanpa memperhitungkan tingkat kesukaran soal dan kemampuan peserta sebagaimana yang berlaku dalam CAT.

Peserta ujian diminta memilih alternatif jawaban yang disediakan sehingga tidak perlu kuatir tentang teknik menghitamkan sebagaimana pada ujian tertulis. Oleh karena itu model UNBK ini yang dipilih karena lebih mendekati pelaksanaan ujian tertulis.

Dalam pelaksanaannya, UNBK bersifat semi-daring. Bahan ujian dalam perangkat lunak disiapkan untuk setiap satuan pendidikan penyelenggara dan bahan ujian tersebut sama untuk setiap provinsi. Bahan ujian untuk UNBK dibagi dalam tiga zona yaitu Indonesia Timur, Indonesia Tengah, dan Indonesia Barat.

Bahan ujian yang digunakan di setiap provinsi dalam suatu zona adalah setara, serta bahan tersebut dimasukkan dalam perangkat lunak UNBK. Dalam penyelenggaraan UNBK di suatu sekolah terdiri atas beberapa ruang ujian sehingga diperlukan jaringan lokal antarruang ujian. Perangkat lunak yang memuat bahan ujian disiapkan satu dan bahan tersebut direkam pada server di tingkat satuan pendidikan. Dari server inilah dibagikan atau disebarkan bahan ujian untuk setiap peserta ujian di ruang ujian yang berbeda melalui jaringan lokal.

Pengendali bahan ujian di sekolah dilakukan oleh teknisi yang telah dilatih atau dipersiapkan. Hasil ujian yang terekam dalam server satuan pendidikan dapat dikirimkan langsung pada server Panitia Tingkat Pusat yaitu Puspendik. Hasil tersebut dapat dipindai secara otomatis melalui program yang telah dikembangkan oleh Puspendik serta hasil tersebut akan dipadukan dengan hasil ujian yang dilakukan secara tertulis.

Model UNBK

Pelaksanaan UNBK saat ini diharapkan menjadi dasar untuk model pengembangan pelaksanaan UNBK lebih lanjut. Model UNBK masa depan merupakan pelaksanaan ujian nasional secara langsung melalui bantuan internet sehingga dapat dilaksanakan secara daring mulai dari tingkat kabupaten/kota, provinsi hingga nasional. Proses UNBK dilakukan secara langsung dan bertahap dalam lingkup kabupaten/kota kemudian lingkup provinsi ataupun nasional sesuai dengan dukungan perkembangan sarana internet. Model pelaksanaan UNBK memberi keuntungan antara lain menghemat biaya penggandaan,

memudahkan distribusi bahan, mudah menjangkau seluruh wilayah, keamanan, mudah proses skoring dan memudahkan mencetak sertifikat hasil ujian nasional. Keuntungan ini diperoleh dengan membandingkan proses pelaksanaan ujian nasional tertulis seperti yang dilakukan selama ini. Penghematan dalam penggandaan naskah ujian karena proses tersebut tidak dilakukan jika menggunakan UNBK.

Hanya saja, UNBK memang menuntut adanya pengadaan perangkat komputer pada satu satuan pendidikan. Pengadaan ini dapat dilakukan oleh satuan pendidikan tanpa mengaitkannya dengan pelaksanaan UN. Sebaliknya, pengadaan dikaitkan dalam rangka peningkatan pembelajaran atau pengadaan fasilitas sekolah sehingga biaya pengadaan perangkat keras semakin berkurang.

Kemudahan dalam proses distribusi bahan ujian melalui UNBK terjadi karena proses distribusi bahan dapat dilakukan secara sederhana yaitu melalui internet dari pusat langsung ke satuan pendidikan penyelenggara ujian. Ini tentu memangkas biaya distribusi serta biaya pengamanan naskah UN. Proses-proses dalam ujian tertulis memerlukan biaya yang sangat besar. Bandingkan bila dilaksanakan secara UNBK, maka biaya distribusi relatif lebih murah.

Aspek keamanan juga turut memengaruhi kualitas pelaksanaan ujian. Keamanan dalam proses penggandaan naskah sangat penting karena naskah ujian dicetak oleh perusahaan percetakan yang melibatkan banyak orang. Dalam proses penggandaan selama ini sering ada oknum yang membocorkan dan hal ini kurang baik dalam pelaksanaan UN.

Demikian pula dalam proses pendistribusian bahan ujian hingga ke tempat penyimpanan bahan terakhir sangat rawan kebocoran sehingga perlu melibatkan tenaga keamanan yang banyak. Melalui UNBK, hal tersebut dapat dikurangi karena penggandaan bahan ujian dapat dilakukan terpusat. Demikian pula dalam proses pendistribusian bahan dapat dilakukan dengan mudah dan dilakukan secara langsung melalui jaringan internet. Yang perlu diperhatikan adalah keamanan dalam jaringan komputer dari serbuan peretas nakal. Untuk itu, perlu dilakukan pengamanan berlapis dalam jaringan komputer yang ada.

Proses skoring selama ini dilakukan di tingkat pusat sehingga laporan hasil ujian nasional memerlukan waktu lama. Melalui penggunaan internet atau UNBK masa depan, proses itu dapat dilalui tanpa harus menunggu hasil dari tingkat pusat. Pada perangkat soal (aplikasi) yang digunakan dalam UNBK telah disertakan kunci jawaban dan prosedur penskoran. Setelah peserta ujian selesai ujian maka hasilnya dapat segera diketahui.

Hambatan Pelaksanaan UNBK

Hambatan utama dalam pelaksanaan UNBK antara lain wilayah Indonesia yang luas, penyiapan perangkat keras, sarana internat, dan dukungan para pemangku kepentingan. Sulitnya menjangkau wilayah pedalaman menjadi alasan untuk tidak menerapkan UNBK. Wilayah yang sangat luas dengan tingkat kemajuan yang berbeda-beda antarwilayah membuat para pemangku kepentingan resisten atau menolak pelaksanaan UNBK.

Hambatan lainnya adalah penyediaan komputer yang memerlukan biaya besar menjadi alasan penerapan UNBK pada suatu sekolah atau wilayah. Padahal penyediaan komputer pada dasarnya dibutuhkan untuk mendukung proses pembelajaran. Artinya, komputer tidak hanya digunakan untuk UNBK semata, melainkan juga untuk pembelajaran.

Tidak cukup dengan komputer, sarana internet juga menjadi pendukung utama pelaksanan UNBK. Kapasita internet yang besar dan lancar memudahkan UNBK secara langsung, yaitu peragnkat soal ada di tingkat pusat. Artinya, peserta di sekolah langsung menghadap komputer dan soal hadir di hadapan peserta ujian secara langsung.

Penyediaan internet di satuan pendidikan, sebenarnya mudah dilakukan, yaitu dengan mengadakan kerja sama dengan penyedia jaringan internet. Model seperti ini sudah banyak dilakukan oleh satuan pendidikan di kota-kota besar sehingga pelaksanaan UNBK berbasis kota memungkinkan dilaksanakan.

Dukungan pemangku kepentingan seperti kepala sekolah dan pejabat dinas pendidikan terhadap pelaksanaan UNBK sangat menentukan dalam penerapan UNBK. Para pemangku kepentingan yang belum memahami atau menyadari keuntungan pelaksanaan UNBK menolak pelaksanaan UNBK.

Kesimpulan

Pelaksanaan UNBK pada 2015 telah berhasil digelar di 556 sekolah di 141 kabupaten/kota pada 30 provinsi serta dua sekolah Indonesia di luar negeri. Pada awalnya, UNBK dikembangkan berdasarkan pendekatan CAT namun karena satuan pendidikan masih sebagian besar menggunakan ujian tertulis, maka dipilih pendekatan computer based test (CBT) yang mendekati pelaksanaan model tertulis. Penerapan sistem UNBK menghemat biaya penggandaan, memudahkan distribusi bahan, mudah menjangkau seluruh wilayah, mudah proses skoring, dan mencetak sertifikat hasil UN.

Saran

Pelaksanaan UNBK masih terbatas pada sejumlah sekolah, maka disarankan: 1) sosialisasi pelaksanaan UNBK dilakukan secara intensif ke dinas pendidikan, satuan pendidikan, dan/atau melalui media massa; 2) UNBK dilaksanakan dengan pendekatan CAT; 3) dalam perangkat lunak atau aplikasi UNBK dimasukkan program skring agar hasil UNBK dapat diketahui peserta ujian secara langsung dan hasilnya dicetak sehingga peserta dapat segera mengetahui hasil dan memeroleh sertifikat; 4) pengadaan perangkat keras disediakan pemerintah untuk seluruh satuan pendidikan; dan 5) UNBK dilakukan secara langsung di lingkup kabupaten/ kota dilanjutkan ke provinsi atau nasional. (*)