Pemetaan Kemampuan Teknologi Informasi di Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia

Halaman : 31
Edisi 67/Juni 2024

Oleh: Yaya Jakaria

Berbagai kendala dihadapi dalam pengembangan teknologi informasi di sekolah, antara lain sarana prasarana yang minim dan sumber daya manusia pendukung yang masih lemah. Misalnya, dari sekitar 40.000 Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdapat 30 persen belum memiliki akses listrik.

Sebagian besar para guru juga belum memiliki pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan di bidang teknologi informasi. Ada berbagai hambatan dalam penggunaan teknologi informasi di sekolah, namun yang terbesar adalah fasilitas teknologi informasi di sekolah yang masih terbatas.

Kondisi-kondisi itu menjadi penghambat penerapan teknologi informasi di sekolah. Perlu dilakukan pemetaan kemampuan teknologi informasi di sekolah-sekolah untuk mengurai masalah-masalah tersebut.

Pemerintah secara berkesinambungan berupaya mendorong sekolah-sekolah untuk mendayagunakan teknologi informasi, baik dalam pengelolaan sekolah maupun kegiatan belajar mengajar. Hal ini semata-mata untuk menghasilkan mutu pendidikan dan hasil belajar yang lebih baik termasuk pengelolaan pendidikan di sekolah sekaligus menciptakan sumber daya manusia yang menguasai teknologi informasi.

Menurut Martin (1999), teknologi informasi tidak hanya sebatas pada teknologi computer, baik perangkat keras maupun perangkat lunak, yang digunakan untuk memroses dan menyimpan informasi, melainkan juga

mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi.

Pemeritah mencoba melakukan penelitian tentang pemetaan kemampuan teknologi informasi di pendidikan dasar dan menengah di Indonesia. Target populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sekolah di suatu kecamatan yang berada di ibukota kabupaten/kota yang terkait dengan ketersediaan dan pemanfaatan teknologi informasi.

Secara nasional terpilih sampel penelitian sebanyak 361 sekolah terdiri dari 93 Sekolah Dasar (SD), 105 SMP, 107 Sekolah Menengah Atas (SMA), dan 56 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Ketersediaan Perangkat Teknologi Informasi di Sekolah

Sebanyak 96,61 persen sekolah dari jumlah sampel di atas mempunyai aliran listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Dari sekolah-sekolah yang memiliki aliran listrik itu, sebagian besar mempunyai daya kecil yaitu di bawah 1.300 watt (26,83 persen).

Dalam hal kepemilikan telepon sekolah, hanya 18,64 persen sekolah yang belum memiliki saluran telepon. Persentase terbesar sekolah yang tidak mempunyai saluran telepon adalah jenjang SD baik negeri maupun swasta. Sekitar 64,69

persen dari seluruh sekolah tidak mempunyai saluran internet dengan fasilitas telepon (Telkomnet), sisanya sebesar 35,31 persen sekolah memiliki saluran internet.

Berkaitan dengan ketersediaan komputer, sebagian besar sekolah sudah memilikinya, tetapi masih ada 16,38 persen sekolah yang tidak memiliki komputer. Menurut jenjang pendidikan, SD memiliki komputer paling banyak sebesar 34,1 persen dan yang tidak memiliki komputer paling sedikit SMA sebesar 7,6 persen.

Sebagian besar sekolah tidak memiliki notebook atau laptop, yaitu sebesar 63,28 persen. Persentase terbesar yang tidak memiliki notebook atau laptop yaitu pada jenjang SD yaitu 90,1 persen. Kepemilikan proyektor juga masih sangat rendah, 60,45 persen sekolah tidak memilikinya. Paling banyak jenjang SD yang tidak memiliki proyektor sebesar 86,81 persen.

Kepemilikan mesin pencetak (printer) bagi sekolah dirasakan menjadi suatu kebutuhan, di mana hanya 18,36 persen saja sekolah yang tidak memiliki mesin

pencetak. Jenjang satuan pendidikan yang tidak memiliki mesin pencetak adalah SMA sebesar 8,57 persen. Berbeda dengan mesin penyaring gambar (scanner) yang masih menjadi barang langka bagi sekolah-sekolah, karena 64,69 persen sekolah tidak memilikinya.

Kepemilikan laboratorium komputer di sekolah yang idealnya satu sekolah satu laboratorium komputer belum tercapai. Sebanyak 38 persen sekolah tidak memiliki laboratorium komputer dan paling rendah berada di jenjang SD yaitu sebanyak 29,7 persen. Perawatan komputer pun masih banyak yang belum memerhatikan yaitu sebesar 57,06 persen dan pada umumnya menyerahkan perawatan tersebut pada teknisi di luar sekolah.

Hampir separuh sekolah memiliki fasilitas program internet yaitu sebanyak 40,4 persen. Sebanyak 35,31 persen memiliki fasilitas multimedia dan sebesar 13,84 persen memiliki fasilitas homepage (laman sekolah). Hanya 27,12 persen saja yang memiliki fasilitas LAN (Local Area Network).

Kemampuan Sekolah Memanfaatkan Teknologi Informasi

Masih banyak sekolah yang gurugurunya tidak menguasai sistem operasi pada komputer, yaitu sebesar 22,03 persen. Di era teknologi informasi saat ini angka tersebut masih relatif besar. Bahkan persentase guru yang menguasai program aplikasi lebih memprihatinkan, sebesar 44,07 persen sekolah yang guru-gurunya tidak menguasai program aplikasi.

Banyak sekali sekolah-sekolah yang belum memiliki sambungan internet, yaitu sebanyak 57 persen. Sekolah yang memiliki sambungan internet pada umumnya sekolah-sekolah negeri, itu pun penempatannya di ruang kepala sekolah.

Alasan mereka bermacam-macam, di antaranya belum bisa mengoperasikan internet, akses dan biaya terbatas, jaringan tidak lancar, jumlah komputer terbatas, dan internet hanya terpusat di laboratorium atau ruang kepala sekolah.

Tidak sedikit juga sekolah yang telah memanfaatkan teknologi informasi

dalam pengelolaan sekolah. Misalnya 74,01 persen digunakan untuk pendataan siswa, 70,34 persen untuk penerimaan siswa baru, 72,03 persen untuk pendataan siswa, 62,43 persen untuk gaji dan kesejahteraan serta 53,11 persen untuk absensi.

Selain itu, teknologi informasi digunakan sekolah dalam pengelolaan dana dari berbagai sumber sebanyak 64,12 persen dan 70,43 persen untuk pelaporan dan pertanggungjawaban.

Dalam hal pengelolaan sarana dan prasarana, banyak sekolah yang sudah memanfaatkan teknologi informasi. Sebanyak 64,41 persen untuk administrasi alat tulis kantor, 63,84 persen untuk administrasi fasilitas dan peralatan sekolah serta 60,73 persen untuk administrasi bangunan sekolah.

Beberapa alasan mereka memanfaatkan teknologi informasi diantaranya untuk mempermudah proses penyampaian materi terhadap siswa, mempermudah guru dan siswa untuk saling berinteraksi serta lebih praktis dan efisien. (*)