Budaya Indonesia Mendunia melalui World Culture Forum

Halaman : 22
Edisi 65/Juni 2023

World Culture Forum (WCF) merupakan perhelatan budaya berskala internasional yang diselenggarakan sebagai wujud mengenalkan kebudayaan Indonesia ke kancah dunia. Dalam penyelenggaraannya, pada 2016 ini WCF yang dilaksanakan pada tanggal 10 s.d. 14 Oktober 2016, di Nusa Dua, Bali, menjadi tahun kedua, sejak perdana diselenggarakan pada tahun 2013 lalu.

Tema WCF 2016 adalah “Culture for an inclusive sustanaible planet”, atau pembangunan yang berkelanjutan melalui kebudayaan. Dengan tema tersebut diharapkan dapat mengangkat kearifan lokal menuju level global melalui teknologi dalam rangka memperkuat pembangunan berkelanjutan.

Dalam penyelenggaraannya, WCF mengedepankan budaya Indonesia sebagai garda terdepan dalam pembangunan manusia yang berkelanjutan. Hal tersebut sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 bahwa bangsa Indonesia harus menjadi bagian dari upaya menciptakan perdamaian dunia dengan memberikan solusi melalui kekayaan budaya dan keharmonisan masyarakatnya.

WCF membahas mengenai isu-isu strategis dan dapat merekomendasikan kebijakan untuk pengembangan budaya dunia berkelanjutan, khususnya yang berkaitan dengan perdamaian, kemakmuran, pelestarian, dan pengembangan kualitas hidup tingkat tinggi bagi peradaban global. Pemilihan lokasi penyelenggaraan di Bali karena pertimbangan Bali sebagai pusat untuk melakukan diskusi-diskusi pembangunan kebudayaan dunia.

Dalam pelaksanaan symposium, para pembicara membahas mengenai sub-sub tema WCF 2016, antara lain: Reviving Culture for Rural Sustainability; Water for Life: Reconcilicing Socio-Economic Growth and Environmental Ethics; Interweaving History, Urban Space, and Cultural Movement; Culture in the New Digital World; Reconciling State, Community, and Cultural Divides; dan Cultural Diversity for Responsible Development. Tema-tema tersebut dipilih karena dianggap merupakan isu-isu penting dalam pembangunan dunia yang berkelanjutan.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Muhadjir Effendy menegaskan bahwa pentingnya budaya sebagai sumber pembangunan yang berkelanjutan dan meminta agar WCF dapat melahirkan atau menelurkan sesuatu yang dapat berguna dalam pembangunan manusia.

“Saya yakin ini waktunya bagi kita untuk membuat platform saling pengertian dan menghargai keragaman budaya,” kata Mendikbud. Budaya, lanjut Mendikbud, merupakan komponen penting. “Forum ini memberikan kesempatan bagaimana budaya membantu pembangunan berkelanjutan,” katanya.

Selain itu juga, Mendikbud mengatakan, budaya dapat dijadikan unsur penggerak dan menambah nilai. “Kita harus bisa melakukan kerja sama budaya dalam seluruh aspek kehidupan,” tutur Mendikbud.

Selain itu penyelenggaraan forum internasional ini juga sebagai upaya berkesinambungan untuk mempromosikan budaya sebagai penyokong dan pendorong pembangunan berkelanjutan. Selanjutnya dapat memberikan sumbangsih positif bagi dunia, di mana peserta melakukan tiga proses penting, yakni re-experiencing, re-conceptualizing, dan rejoicing terhadap budaya Indonesia.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid, mengungkapkan, penyelenggaraan WCF 2016 diharapkan menjadi wadah bagi peserta untuk mengalami interaksi dengan kekayaan budaya Indonesia. “Indonesia, sebagai rumah kebudayaan yang luar biasa kaya, dan harus melihat budaya bukan semata sebagai warisan tetapi sebagai elemen dasar masa depan,” tutur Hilmar.

Ia berharap, Indonesia bukan sekadar sebagai negara tuan rumah tetapi dapat menjadi tempat bagi para peserta berinteraksi dengan kekayaan budaya Indonesia. “Kami berharap agar WCF 2016 dapat menjadi jembatan tiga komponen, yaitu pertama jembatan antara masa lalu dan masa depan, jembatan generasi kemarin dan generasi masa depan, dan jembatan antara warisan kemarin dengan lapang baru atau landscape yang moderen,” tutur Dirjen Kebudayaan.

International Youth Forum (IYF)

Keikutsertaan kaum muda pada WCF 2016 dilibatkan International Youth Forum yang dimulai di awal Oktober 2016. Kegiatan ini bertujuan agar kaum muda mendapatkan kesempatan cukup untuk membicarakan berbagai hal penting di antara mereka sendiri. Kemudian, hasil pembicaraan disampaikan di dalam forum WCF 2016. Sebanyak sekitar 200 orang pemuda yang terbagi atas 100 orang yang berasal dari luar negeri, dan 100 orang dari dalam negeri yang turut serta di Youth Forum. Peserta merupakan perwakilan pemuda Indonesia, Amerika, Malaysia, Australia, Jepang, Filipina, dan Jerman. Pemuda-pemuda tersebut telah diseleksi ketat dari 300 pendaftar dari internasional.

IYF mengusung tema besar “Budaya Pemuda dalam Transformasi Sosial dan Kesetaraan Pemuda”. Hilmar mengatakan bahwa pihaknya menyertakan kaum muda dari berbagai komunitas dan memberikan kesempatan mereka untuk berekspresi.

Hilmar menjelaskan kriteria pemuda yang mewakili Indonesia dalam forum tersebut adalah mereka yang menguasai bahasa Inggris, berkomitmen dalam pelestarian kebudayaan di Indonesia, serta telah berpengalaman dalam mempromosikan budaya.

Hilmar menambahkan perwakilan Indonesia berasal dari 34 provinsi bahkan terdapat 6 orang perwakilan asal Papua dan 6 peserta dari Indonesia Timur. Kuota peserta dari Indonesia Timur lebih banyak untuk memberikan kesempatan generasi muda asal daerah tersebut untuk memperkenalkan budaya lokal di kancah dunia yang selama ini kurang mendapatkan kesempatan.

Senada dengan Dirjen Kebudayaan, Staf Ahli Mendikbud Bidang Inovasi dan Daya Saing Ananto Kusuma Seta mengatakan bahwa peserta yang terpilih tidak hanya diseleksi melalui karya esai mereka tetapi juga pemuda yang mempunyai perhatian terhadap kebudayaan.

“Pelibatan pemuda berprestasi di bidang budaya ini dikarenakan anak muda yang akan mewarisi kebudayaan ke depan sehingga perlu dikembangkan perhatian mereka terhadap budaya kemudian terciptlah perdamaian dunia,” jelas Ananto.

Ananto mengatakan, peserta dan tamu yang hadir akan terkesan dengan apa yang ditampilkan Indonesia karena kita tidak hanya memamerkan makanan maupun kain khas Bali dalam pameran WCF tetapi juga memperkenalkan kopi Indonesia yang sangat enak. Selain itu, dengan WCF diharapkan Indonesia bisa menjadi motor pembangunan dunia dari konteks kebudayaannya. (*)