Festival Film Indonesia Angkat Keberagaman Nusantara

Halaman : 28
Edisi 65/Juni 2023

Festival Film Indonesia (FFI) 2017 yang diselenggarakan di Manado mengangkat tema keberagaman Indonesia, yang tercermin dari aneka ragam genre.

Keragaman ini tercermin dari film-film yang masuk dalam nominasi tahun ini berasal dari genre yang berbeda-beda dengan menekankan pada gagasan dan kreativitas. “Tahun sebelumnya, nominasi film terbaik kebanyakan bergenre drama sedangkan untuk tahun ini genrenya berbeda-beda”, kata Humas FFI 2017, Agung Santoso.

Melalui film yang beragam dan berkualitas tersebut dapat mencerminkan keberagaman Nusantara. Hal ini senada dengan pernyataan aktris senior Niniek L. Kariem, yang mengatakan, “Saya rasa film akan menunjukkan pada generasi muda bahwa kita bisa bangga sebagai bangsa Indonesia dengan keragaman yang kita miliki.”

Menurut Usman Hamid, pengamat film yang menjadi juri mandiri, film bukan sekadar estetika atau keindahan, tetapi juga sebuah wadah berisikan pesan moral dan etika. Film tak hanya bisa menjadi penyegar, tetapi juga menjawab tantangan dalam kehidupan sosial masyarakat belakangan ini.

“Dari segi pesan etik dan moral, banyak film Indonesia yang memberi sumbangsih makin positif kepada kebudayaan. Bukan hanya sebagai kreasi seni untuk dipertontonkan tapi juga menuntun kita dalam kehidupan dengan pesan moral yang sangat kuat,” ujar Usman.

FFI yang diselenggarakan sejak tahun 1955 diinisiasi sebagai kegiatan sosial budaya yang berfungsi sebagai tolok ukur prestasi, apresiasi, dan promosi bagi film Indonesia. Pada tahun 2017, terdiri dari peningkatan apresiasi dan promosi film Indonesia melalui kegiatan workshop, diskusi, ceramah, sosialisasi, pemutaran film nominasi kuis, dan kegiatan lain yang mendukung perkembangan perfilman Indonesia, kompetisi film cerita panjang, kompetisi film pendek, kompetisi film animasi pendek, kompetisi film dokumenter panjang, kompetisi film dokumenter pendek, pemberian penghargaan khusus, malam pengumuman nominasi, malam anugerah.

Sistem penjurian tahun ini menggunakan sistem online, yaitu menonton film langsung dan memberikan voting melalui website yang telah disiapkan. Terdapat 75 juri terlibat yang terdiri dari perwakilan 16 asosiasi film dan 16 juri mandiri.

Penjurian sesuai dengan tiga kriteria, yakni kejernihan gagasan dan tema, kualitas teknis dan estetika, serta profesionalisme, film yang merefleksikan profesionalisme dan keterampilan pembuat film dalam mewujudkan gagasannya.

Penjurian di bioskop dilakukan hanya untuk penilaian beberapa kategori, yaitu film terbaik, sinematografi, tata artistik, tata suara, musik, dan efek visual. Kategori lain dapat dinilai dengan menonton melalui website. “Jadi nanti setelah ini ada 75 juri yang menilai secara one man one vote melalui website. Ada prosedur menonton, prosedur memasukkan password dan juri bisa vote,” kata Ketua Bidang Penjurian FFI 2017, Riri Riza.

Pada tahun 2017 terdapat 21 film masuk dalam 22 kategori nominasi FFI dan penghargaan khusus Pengabdian Seumur Hidup (Lifetime Achievement) yang diberikan kepada Produser Budiyati Abiyoga.  Budiyati merupakan produser sejumlah film peraih Piala Citra.

Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Didik Suhardi berharap dengan adanya Piala Citra ini, film sebagai produk budaya dapat menjadi tuntunan dan tontonan yang baik bagi masyarakat Indonesia.

BREAKER : “Kita ingin film menghasilkan nilai-nilai budaya, karakter yang baik bagi anak didik kita di tanah air. Film Indonesia sekarang mulai luar biasa, jumlah penontonnya semakin meningkat. Ini suatu hal yang baik dan tidak terlepas dari insan perfilman. Kita berharap lebih banyak lagi muncul film yang baik, berkualitas, dan menjadi tontonan yang menyenangkan,” Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Didik Suhardi.

PENERIMA PIALA CITRA DAFTAR FESTIVAL FILM INDONESIA 2017 :

FILM TERBAIK: Night Bus

SUTRADARA TERBAIK: Edwin (Posesif)

PEMERAN UTAMA PRIA TERBAIK: Teuku Rifnu Wikana (Night Bus)

PEMERAN UTAMA WANITA TERBAIK: Putri Malino (Posesif)

PEMERAN PENDUKUNG PRIA TERBAIK: Yayu Unru (Posesif)

PENULIS SKENARIO ADAPTASI TERBAIK: Rahabi Mandra, Teuku Rifnu Wikana (Night Bus)

PEMERAN PENDUKUNG WANITA TERBAIK: Christine Hakim (Kartini)

PENULIS SKENARIO ASLI TERBAIK: Ernest Prakasa (Cek Toko Sebelah)

FILM PENDEK TERBAIK: Ruah

FILM ANIMASI PENDEK TERBAIK: Lukisan Nafas

PENATA EFEK VISUAL TERBAIK: Finalize Studio (Pengabdi Setan)

PENGARAH ARTISTIC TERBAIK: Allan Sebastian (Pengabdi Setan)

PENGARAH SINEMATOGRAFI: Ical Tanjung (Pengabdi Setan)

PENYUNTING GAMBAR TERBAIK: Kelvin Nugroho, Sentot Sahid (Night Bus)

PENATA MUSIK TERBAIK: Aghi Narottama, Tony Merle, Bemby Gusti (Pengabdi Setan)

PENATA BUSANA TERBAIK: Gemailla Gea (Night Bus)

PENCIPTA LAGU TEMA TERBAIK: The Spouse “Kelam Malam” (Pengabdi Setan)

PENATA SUARA TERBAIK: Khikmawan Santoso, M Ikhsan Sungkar, Madunazka (Pengabdi Setan)

PENATA RIAS TERBAIK: Cherry Wirawan (Night Bus)

PEMERAN ANAK: Muhammad Adhiyat (Pengabdi Setan)

FILM DOKUMENTER PANJANG TERBAIK: Bulu Mata

FILM DOKUMENTER PENDEK TERBAIK: The Unseen Words

Penghargaan Khusus Pengabdian Seumur Hidup (Lifetime Achievement): Produser Budiyati Abiyoga (produser sejumlah film peraih Piala Citra).