Panji Rajut Keharmonisan Nusantara

Halaman : 26
Edisi 65/Juni 2023

Cerita Panji adalah karya yang menjadi simbol pertama kebangkitan sastra lisan di Jawa Timur, sebagai wilayah kerajaan besar yang menyatukan Nusantara. Cerita Panji merupakan penggambaran kisah percintaan dan peperangan dari dua kerajaan, Jenggala dan Panjalu.

Sebelum terbagi menjadi dua, kedua kerajaan tersebut merupakan satu kerajaan besar yang bernama Panjalu (Kediri) dipimpin oleh Airlangga. Kisah ini tersebar diberbagai wilayah Indonesia dengan berbeda versi.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy mengatakan cerita Panji adalah karya cipta simbol pertama kebangkitan sastra lisan di Jawa Timur, sebagai wilayah kerajaan besar yang menyatukan Nusantara. Persebaran kisah Panji di berbagai wilayah Indonesia adalah bentuk keragaman dan kekayaan khasanah budaya Panji.

Keragaman kisah ini diwujudkan dalam pertunjukan seni seperti Kethek Ogleng, Reog Ponorogo, Tari Topeng dan Tari Gambuh. Selain itu cerita rakyat yang terpengaruh kisah Panji antara lain Timun Mas dan Andhe-Andhe Lumut.

Kisah Panji merupakan rangkaian cerita Panji Asmorobangun dan Dewi Sekarjati. Dikisahkan saat Jenggala dalam keadaan berbahaya, Dewi Sekarjati melarikan diri dan menghilang. Panji yang merupakan pangeran Jenggala memutuskan untuk mencari istrinya.

Dalam pencarian, ia menyamar sebagai seniman, badut, pengamen, dan sebagainya. Begitu pula Dewi Sekarjati, demi keselamatannya ia pun bergantiganti identitas. Seperti halnya dengan pertunjukan seni Kethek Ogleng.

Kethek Ogleng diambil dari nama binatang, “kethek” yang berarti kera dan “ogleng” yang berasal dari bunyi gamelan. Dalam beberapa versi, disebutkan kera dalam tarian ini merupalan penggambaran penyamaran Panji dalam menemukan Dewi Sekarjati.

Sedangkan Reog Ponorogo adalah versi lain dari kisah ini. Tarian ini mengisahkan perjalanan Prabu Kelana Sewandana yang mencari gadis pujaan hatinya yang berujung kepada permintaan sang kekasih untuk diciptakan kesenian baru. Maka terciptalah Reog Ponogoro sebagai bukti cintanya kepada sang gadis.

Jika Tari Gambuh tidak hanya menyuguhkan gerak tubuh melainkan mengandung unsur drama yang bertema Panji dengan menceritakan kehidupan, peperangan, roman dari raja-raja Jenggala, Kediri, dan Gegelang. Kemudian Wayang Beber adalah salah satu jenis wayang tertua dalam kebudayaan Indonesia.

Awal kemunculannya, lakon yang dikisahkan wayang beber adalah kisah Mahabharata atau Ramayana. Namun, dalam perkembangannya cerita yang ditampilkan beralih menjadi cerita Panji.

Berbagai kesenian yang mengadopsi kisah Panji memiliki daya tarik sendiri bagi dunia seni Indonesia. Selain

menghadirkan kisah romantis, kisah ini juga mengahdirkan kearifan lokal yang terdapat di dalamnya.

Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Muhadjir bahwa kisah Panji mengandung penguatan jati diri dan pembangunan karakter bangsa. Ia berharap melalui cerita ini ada dalam kurikulum pendidikan sebagai bentuk pelestarian dan penanaman karakter.

“Panji berhubungan erat dengan kebudayaan, maka Panji layak untuk dibahas dalam menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang kebudayaan,” ujar Mendikbud Oleh karena itu, sebagai upaya melestarikannya, Kemendikkbud melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan mengajukan Cerita Panji sebagai Memory of the World di UNESCO.

Budaya Panji yang telah terjalin sejak dahulu diharapkan menjadi media pemersatu Nusantara yang saat ini sedang bergejolak. Saat ini merupakan momen titik tolak kebangkitan Panji sebagai simbol kebanggaan dan semangat untuk mempersatukan Nusantara yang menginspirasi, menciptakan kreasi, dan mengkampanyekan pesan berbagi sebagai manifestasi jati diri bangsa Indonesia. (*)

 

Dari Jawa Timur Hingga Thailand

Kumpulan cerita Panji sejatinya dituturkan sejak jaman Kerajaan Majapahit, yang terus menyebar ke berbagai daerah seiring berjayanya kerjaan ini. Pada abad ke-13 cerita ini menyebar ke Bali, Lombok, dan Sulawesi Selatan. Cerita itu lalu menyeberang ke Malaysia. Di sana namanya hikayat. Kemudian cerita itu sampai ke Thailand, namanya Inao.

Penyebaran kisah panji ke mancanegara sejak berabad lalu diamini Nooriah binti Mohamed, peneliti budaya Jawa dari Universitas kebangsaan Malaysia. Menurutnya, berdasarkan teks sejarah Melayu atau the Malay Annals, penyebaran kisah Panji ke Tanah Melayu dimungkinkan berkat perkawinan Raja Malaka, Sultan Mansyur Syah, dengan putri raja dari Majapahit.

“Sekarang ini masih ada keturunan Jawa di Malaysia. Mereka meneruskan budaya dan bahasa dari leluhurnya. Dalam hal ini, cerita Panji menjadi tradisi verbal yang diteruskan dari mulut ke mulut, dari generasi ke

generasi,” kata Nooriah.

Jejak cerita Panji di sejumlah daerah dapat ditelusuri melalui naskah-naskah kuno. Peneliti naskah-naskah ini adalah Roger Tol dari Universitas Leiden, Belanda. Dia mengatakan terdapat lima manuskrip cerita Panji di Perpustakaan Negara, Malaysia; satu naskah di Perpustakaan Kamboja; 76 naskah di Perpustakaan Nasional, Indonesia; dan 250 naskah di Perpustakaan Leiden, Belanda.

“Naskah-naskah ini ditulis dalam bahasa setempat. Di Indonesia, misalnya, ada dalam bahasa Bugis, Jawa Kuno, Aceh. Kemudian bahasa Khmer di Kamboja dan bahasa Melayu di Malaysia. Yang tertua kami temukan itu dari tahun 1725, bahannya daun lontar,” kata Tol.

Festival Panji ini digagas Kementerian pendidikan dan Kebudayaan untuk mempopulerkan kumpulan cerita Panji yang mengisahkan percintaan dan peperangan pada era Kerajaan Kediri di Jawa Timur. Ini merupakan bagian dari upaya pemerintah Indonesia dan negara-negara lain untuk mengajukan naskah Panji ke lembaga UNESCO untuk dijadikan ingatan kolektif dunia.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Wardiman Djojonegoro, adalah salah seorang yang ditunjuk Kemendikbud untuk mengegolkan upaya tersebut. Dia mengatakan upaya itu turut disokong pemerintah Malaysia, pemerintah Kamboja, Universitas Leiden, dan Perpustakaan Nasional Inggris atau British Library.

“Kami berharap naskah Panji dijadikan Ingatan Kolektif Dunia. Keputusannya Oktober mendatang. Di sini tidak ada negara yang mengklaim Panji itu miliknya,” kata Wardiman.