Usianya baru menginjak lima belas tahun. Badannya kurus dengan tinggi sepadan teman-temannya yang lain. Penampilannya terlihat biasa seperti anak laki-laki kebanyakan. Namun, di balik penampilannya itu, kegigihannya tak bisa dipandang sebelah mata. Namanya Ramadhan, seorang siswa kelas tiga di SMPN 3 Labakkang, Pangkep, Sulawesi Selatan. Meski masih terbilang muda, anak yang biasa dipanggil Adan ini sudah biasa bekerja demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“saya sehari -hari bekerja di toko-toko, di Labakkang, angkat-angkat barang. Saya mulai dari abis pulang sekolah dari jam satu atau jam dua sampai jam delapan malam,” katanya.
Begitulah Adan, jika pada umumnya anak-anak akan langsung tidur atau makan siang setelah pulang sekolah, maka tidak dengan Ramadhan. Baginya berakhirnya jam pelajaran merupakan awal dari babak baru di hari itu. Sesampainya di rumah, ia bergegas mengganti bajunya dan melanjutkannya dengan makan siang. Setelah itu alih-alih menuju tempat tidur seperti anak-anak lain, siswa bertubuh kurus ini segera keluar rumah, pergi menuju sebuah toko di Labakkang. Di sana sudah ada aktivitas lain yang menantinya, bekerja.
Seperti yang Adan katakan, tugasnya di toko adalah angkat-angkat barang. Aktivitas tersebut dikerjakan mulai pulang sekolah hingga pukul depan malam. Setelahnya baru dilanjutkan dengan belajar untuk persiapan sekolah. Dari membantu di toko, setiap minggunya ia mendapat upah 100.000 rupiah. Hasil tersebut dicukup-cukupin untuk diberikan kepada ibunya untuk belanja keperluan sehari-hari serta membiayai sekolahnya.
Baca Juga: Cerita KIP dari Daerah PIP Buka Jalan Capai Cita-Cita
Sejak ditinggal oleh sang ayah karena sakit jantung dua tahun lalu, bungsu dari delapan bersaudara ini tinggal bertiga bersama ibu dan seorang kakak laki-lakinya yang sudah menginjak jenjang SMK. Sedangkan keenam saudaranya yang lain sudah menikah dan tinggal masing-masing. Kini hanya Adan dan kakak laki-lakinya yang saling bahu-membahu bekerja membiayai hidup mereka. Jika Adan bekerja di toko, maka sang kakak bekerja di pasar dan pantai.
Meskipun di tengah kondisi yang serba sulit, Ramadhan tidak pernah berniat berhenti sekolah. Terutama setelah mendapatkan bantuan Program Indonesia Pintar (PIP) dari pemerintah, semakin memotivasinya untuk terus melanjutkan pendidikannya hingga menyelesaikan jenjang sarjana. Selain menjadi seorang sarjana, Adan juga bercita-cita agar kelak ia akan menjadi seorang polisi.
“Orang tua saya selalu berpesan ke saya agar jangan berhenti dan putus sekolah. Karena mereka ingin melihat saya di masa depan nanti memiliki gelar sarjana dan bisa membantu orang-orang,” tutur Adan.
Tekadnya yang kuat karena dukungan dari ibu dan almarhum ayahnya, yang menginginkan agar anaknya bisa menyelesaikan pedidikannya hingga ke perguruan tinggi. Keduanya telah menjadi motivasi Adan untuk terus mengejar cita-citanya. Karenanya meski dalam kesulitan sekalipun, semangatnya tak pernah padam untuk mewujudkan harapan orang tuanya.
Baca Juga: Cerita KIP dari Daerah Keberadaan KIP Diapresiasi Banyak Pihak
Terlebih bantuan PIP yang sudah diterimanya semakin mempermudah dalam memenuhi kebutuhan sekolah. Bantuan yang didapatkan sejak kelas lima SD tersebut membantunya dalam membeli seragam, sepatu, serta kebutuhan sekolah lainnya. Dengan begitu harapannya untuk bisa terus melanjutkan pendidikan semakin terjamin.
Tak mudah memang ketika anak-anak seusianya lebih banyak menghabiskan waktu dengan berbagai macam hiburan, justru ia sudah harus menjadi tulang punggung keluarganya. Bekerja paruh waktu agar bisa melanjutkan hidup dan pendidikannya. Namun semangat untuk bisa menggapai mimpi yang ada di dalam diri terus menjaganya dari rasa malas, menjadi pribadi yang tangguh dalam menjalani hidup.
“Jangan putus asa dalam kondisi sesulit apapun. Tetap bangkit, tetap semangat! Meskipun keadaan tidak mencukupi, kita harus punya semangat yang tinggi!” Pesan Adan kepada teman-teman lain yang mungkin juga sedang dalam kesulitan.
Terlepas dari segala cita-citanya, bagi Adan kebanggaan orang tua adalah yang utama. Ia hanya ingin untuk bisa mewujudkan harapan keduanya, yaitu untuk selalu mengejar pendidikan setinggi mungkin hingga kelak berguna dan bisa membantu orang lain. Memang terlihat sukar bagi anak seusianya untuk mengejar mimpi besar. Namun dengan semangat dan kerja keras, bukan tidak mungkin di masa depan akan muncul seorang perwira di Kepolisian Republik Indonesia yang berasal Pangkep, Sulawesi Selatan dengan nama Ramadhan. (aJI)