Kemampuan Siswa Tidak Dibatasi Taksonomi Proses Berpikir

Halaman : 14
Edisi 66/Mei 2024

Sejak Dini Siswa Diajak Kembangkan Kemampuan Berpikir Kritis

Revisi Kurikulum 2013 menuntut kecakapan berpikir tingkat tinggi yang ingin dibangun sejak dini pada siswa jenjang pendidikan dasar. Sebelumnya pada Kurikulum 2013 sebelum revisi, kecakapan berpikir tingkat tinggi atau High Order Thinking Skill (HOTS) diberikan mulai pada jenjang pendidikan menengah (SMA dan SMK).

Dalam Kurikulum 2013 yang lalu, kompetensi dasar untuk siswa di tiap jenjang pendidikan berbeda, yaitu SD hanya sampai pada tingkat memahami, SMP menerapkan dan menganalisis, sedangkan SMA sampai tingkat mencipta. Pembatasan kompetensi dasar ini berdampak pada proses pembelajaran, seolah-olah siswa cukup sampai pada berpikir tingkat rendah, yaitu memahami, sedangkan berpikir tingkat tinggi baru dimulai pada level SMA/SMK.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendikbud, Totok Suprayitno mengatakan, sebelum Kurikulum 2013 direvisi, desain pembelajaran berpikir tingkat tinggi mulai diberikan saat siswa duduk di bangku SMA/SMK.

Namun, setelah desain pembelajaran Kurikulum 2013 diubah, siswa SD yang sebelumnya hanya didesain untuk sampai pada tingkat memahami (tingkat berpikir paling rendah), sekarang dibebaskan berpikir sampai tahap penciptaan. "Tentunya dengan kadar penciptaan yang sesuai dengan usianya," tambah Totok.

Baca Juga: Tahun Pelajaran 2016/2017 25 Persen Sekolah Terapkan Kurikulum 2013

Rumusan Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 sebelumnya dibatasi oleh taksonomi. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), taksonomi adalah kaidah dan prinsip yang meliputi pengklasifikasian objek, dalam hal ini klasifikasi siswa berdasarkan jenjang pendidikan.

Totok menuturkan, kompetensi pengetahuan yang diajarkan kepada siswa dibagi menjadi empat dimensi, yaitu dimensi faktual, konseptual, prosedural, dan kognitif. "Dulu siswa SD hanya berhenti sampai memahami, yaitu pengetahuan yang sifatnya konseptual. Sekarang di tingkat SD, semua dimensi pengetahuan diajarkan, yang berbeda hanya tingkat kompleksitasnya," tuturnya.

Ia mencontohkan, tingkat mencipta pada siswa SD bisa berupa membuat pantun atau puisi, menciptakan karangan tentang cita-cita, atau membuat layang-layang dan alat peraga sederhana. Sedangkan untuk SMA misalnya bisa menciptakan robot, eksperimen membuat obat atau minuman kesehatan, atau alat peraga yang lebih rumit.

"Yang jelas harus dilatih kritis. Diawali dengan berpikir kritis, misalnya dengan banyak mempertanyakan, sampai pada tahap membuktikan, baru percaya," kata Totok.

Karena itulah Kompetensi Dasar (KD) pada Kurikulum 2013 yang telah direvisi tidak dibatasi oleh tingkatan taksonomi pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Penyusunan Kompetensi Dasar yang tidak dibatasi tingkatan taksonomi tersebut terlihat bahwa pada jenjang SD siswa juga dapat membangun kemampuan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking Skill) dengan berbagai kategori pengetahuan. (*)