Lima Langkah Kemendikbud Jawab Kekurangan Guru Produktif SMK

Halaman : 13
Edisi 68/November2024

Sebagai satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan, kebutuhan akan guru produktif di SMK sangat penting. Sayangnya, keberadaan guru produktif di SMK masih kurang dari cukup. Jumlah guru produktif SMK saat ini baru sekitar 80.000 dari jumlah 279.843 guru SMK. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus berupaya menjawab persoalan tersebut.

Direktur Pembinaan SMK, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Mustagfirin Amin mengatakan, setidaknya ada lima langkah yang dilakukan untuk menambah jumlah guru produktif di SMK. Pertama, dengan memanfaatkan tenaga ahli industri yang kompeten untuk mengajar. Mustagfirin menyebut, pihaknya akan membuat aturan penyetaraan bagi para tenaga ahli industri ini agar mendapat pengakuan, sehingga memiliki wewenang dan berhak mengajar di pendidikan formal.

"Kami tengah merancang aturan itu, karena harus sesuai dengan Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia (KKNI). Dengan aturan itu, nanti seorang ahli berhak mengajar dengan statusnya sebagai guru," ungkap Mustagfirin.

Kedua, melakukan alih fungsi guru-guru yang mengampu mata pelajaran umum. Menurut Mustagfirin, guru-guru ini akan dilatih ulang selama beberapa semester agar dapat mengajar pada bidang kejuruan dan menjadi guru produktif. "Misalnya sarjana kimia, dialihfungsikan menjadi sarjana kimia industri. Kemudian, sarjana biologi murni, dialihfungsikan menjadi sarjana pertanian," tuturnya.

Langkah ketiga adalah dengan melakukan pemetaan penyaluran guru produkif, sehingga tidak terjadi daerah yang satu kekurangan, sementara daerah yang lain memiliki jumlah berlebih. "Ini sedang kami petakan, bagian mana yang kurang dan perlu berapa gurunya. Jika tidak dapat dipenuhi, maka langkah keempat, yaitu tidak ada cara lain selain pengadaan guru. Ini akan dilakukan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi," jelasnya.

Selanjutnya, langkah kelima adalah memberikan kewenangan bagi guru untuk mengajar bidang kedua yang berdekatan dengan keilmuwannya. Contohnya, guru ekonomi, dapat mengajar pada bidang perbankan, dan lainnya.

Baca Juga: Raih Masa Depan, Manfaatkan Bursa Kerja Khusus

Salah satu cara menjawab tantangan kekurangan guru produktif SMK adalah dengan melakukan alih fungsi guru-guru yang mengampu mata pelajaran umum. Misalnya sarjana kimia dialihfungsikan menjadi sarjana kimia industri. Sarjana biologi murni dialihfungsikan menjadi sarjana pertanian.

Langkah lain yang tengah dipikirkan untuk menjawab persoalan kuantitas dan kualitas guru produktif adalah pembelajaran dengan menggunakan virtual teacher. "Kami juga sedang berpikir tentang pembelajaran melalui virtual teacher. Jadi sejumlah materi pembelajaran kejuruan dilakukan dalam bentuk maya, bisa jadi animasi atau video, sehingga kalau ada kekurangan jumlah guru atau kualitas guru yang kurang, siswa dapat mengakses ke virtual teacher ini. Misalnya video cara mengelas. Memang ada plus-minusnya. Plusnya, bisa diakses di mana-mana. Minusnya, nirperasaan, artinya harus ada keinginan kuat dari sekolah atau siswa agar yang bersangkutan mau mengikuti pembelajaran di video itu," ungkapnya.

Mustagfirin menambahkan, idealnya proporsi antara guru mata pelajaran umum (atau biasa disebut guru normatif dan adaptif) dengan guru produktif 50:50. Untuk itu secara bertahap kebutuhan itu akan terus tambah hingga diharapkan pada 2020, proporsi ideal tersebut dapat terpenuhi.

Selain jumlah guru yang perlu terus ditambah seiring dengan penambahan siswa SMK sehingga memenuhi rasio guru-murid 1:30, kompetensi guru juga akan Program teaching factory di SMK Program magang di industri bagi guru kejuruan secara periodic Pemanfaatan tenaga ahli dari DUDI sebagai instruktur Penerapan RPL Pemanfaatan ICT Pelatihan/upgrading skills pengelola LKP secara berkelanjutan Pemagangan instruktur di DUDI Pemanfaatan ICT Pelatihan/upgrading skills pengelola LKP secara berkelanjutan Pemagangan pengelola pada LKP Rujukan/Akreditasi A ditingkatkan. Tidak hanya itu, pengetahuan guru juga harus senantiasa sesuai dengan perkembangan teknologi. Diperlukan pula pendampingan guru dari industri agar transfer ilmu berjalan dengan baik. (*)

Upaya Pemenuhan Kuantitas dan Kualitas Guru Kejuruan

Berbagai upaya terus dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menambah jumlah guru produktif SMK. Diharapkan dengan berbagai upaya yang ada, perbandingan antara guru produktif dan guru mata pelajaran umum di SMK bisa mencapai 50:50 hingga 2020

Baca Juga: SMK Rujukan Hasilkan SDM Terampil dan Berdaya Saing Tinggi

Kualitas, Kuantitas Guru

  • Penambahan formasi guru kejuruan
  • Pemanfaatan tenaga ahli industry
  • Pemanfaatan mahasiswa tingkat akhir sebagai guru bantu
  • Pelaksanaan rekognisi pengalaman lampau (RPL)
  • Memanfaatkan teknologi ICT

Pelatihan Guru Berkelanjutan

  • Training guru di P4TK dan industri berjenjang kontinyu
  • Pendampingan guru di sekolah dalam proses pembelajaran

Program Magang Guru

  • Program teaching factory di SMK
  • Program magang di industri bagi guru kejuruan secara periodic

Profesionalisme Instruktur

  • Pemanfaatan tenaga ahli dari DUDI sebagai instruktur
  • Penerapan RPL
  • Pemanfaatan ICT
  • Pelatihan/upgrading skills pengelola LKP secara berkelanjutan
  • Pemagangan instruktur di DUDI

Profesionalisme Pengelola Lembaga LKP

  • Pemanfaatan ICT
  • Pelatihan/upgrading skills pengelola LKP secara berkelanjutan
  • Pemagangan pengelola pada LKP
  • Rujukan/Akreditasi A