Literasi yang Menggerakkan, Literasi yang Menyejahterakan Menggali Potensi dari Pinggiran

Halaman : 23
Edisi 68/November2024

Literasi dan budaya baca secara substansi saling terkait sebagai upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia. Literasi merupakan fondasi bagi setiap orang untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Secara kontekstual dan fungsional, literasi berkaitan erat dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Upaya pengembangan literasi diarahkan untuk mewujudkan masyarakat gemar belajar dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Upaya menumbuhkan literasi telah dikembangkan oleh UNESCO sejak tahun 1972 dengan prioritas meningkatkan pembinaan minat baca melalui program “Buku untuk Semua” (Books for All). Di Indonesia, upaya menumbuhkan literasi juga telah dilakukan sejak tahun 1948 oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pada saat itu, program yang dilakukan adalah pemberantasan buta aksara yang dilaksanakan di seluruh pelosok nusantara.

Sampai saat ini, literasi menjadi isu penting bidang pendidikan di tingkat global yang harus diterapkan dalam konteks lokal di negara masing-masing. Karena itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pun terus berupaya melakukan berbagai upaya dan terobosan dengan menyelenggarakan kegiatan literasi dan peningkatan minat baca. Salah satunya adalah Gerakan Indonesia Membaca (GIM) yang dicanangkan sejak tahun 2015 telah diterapkan di 47 kabupaten/ kota dan disosialisasikan untuk direplikasi kabupaten/kota lainnya di setiap provinsi.

GIM yang dilaksanakan secara lintas sektoral, diperkuat dengan program Kampung Literasi, yang saat ini telah direalisasikan di 73 desa serta bantuan fasilitas sarana TBM, diharapkan menjadi langkah kolaboratif antara pemerintah dan seluruh komponen masyarakat dalam penyediaan sarana dan prasarana serta proses pembelajaran menuju masyarakat yang memiliki budaya baca dan tingkat literasi yang baik.

Pelaksanaan GIM yang berkesinambungan dan menjangkau daerah-daerah di Indonesia, termasuk daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (Daerah 3T) pada akhirnya diharapkan bisa menciptakan masyarakat yang menjadi pembelajar sepanjang hayat, yang memiliki kompetensi dan karakter, yang mendorong kemajuan bangsa dan negara serta mewujudkan peradaban manusia yang lebih baik. Saat ini Dinbiktara Ditjen PAUD Dikmas Kemendikbud telah mendukung pendirian 200 Kampung Literasi.

Baca Juga: Memeratakan Pendidikan Berkualitas, Mewujudkan Insan Berkarakter, dan Memajukan Kebudayaan

 

Peta Jalan GLN

Literasi tidak terpisahkan dari dunia pendidikan. Literasi menjadi sarana dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya di sekolah, masyarakat dan keluarga. Literasi juga terkait dengan menumbuhkan budi pekerti mulia.

Peta jalan Gerakan Literasi Nasional Kemendikbud (2017) mendefinisikan literasi sebagai: suatu rangkaian kecakapan membaca, menulis, dan berbicara, kecakapan berhitung, dan kecakapan dalam mengakses dan menggunakan informasi; sebagai praktik sosial yang penerapannya dipengaruhi oleh konteks; sebagai proses pembelajaran dengan kegiatan membaca dan menulis sebagai medium untuk merenungkan, menyelidik, menanyakan, dan mengkritisi ilmu dan gagasan yang dipelajari; dan sebagai pemanfaatan teks yang bervariasi menurut subjek, genre, dan tingkat kompleksitas bahasa.

Semuanya mengarah pada pemahaman multiliterasi, dengan fokus pada literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi finansial, literasi digital, dan literasi budaya dan kewargaan. Adapun pembelajaran yang bersifat multiliterasi ini memadukan karakter dengan penekanan pada lima utama, yaitu nasionalisme, relijius, mandiri, integritas, gotong-royong, serta kompetensi abad ke-21 yang mengembangkan kreativitas, kecakapan berpikir kritis, kemampuan komunikasi, serta kolaborasi. Semuanya ini diharapkan dapat menjadi bekal kecakapan hidup sepanjang hayat. (*)

Baca Juga: Kemendikbud Bangun Indonesia dari Pinggiran

 

Praktik Baik Aktivitas Literasi

Cara Ami Farid Ajak Masyarakat Melek Literasi

Adalah Farid Bachmid. Insinyur satu-satunya di Pulau Gangga, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, memilih mendedikasikan hidupnya untuk masyarakat di daerah ini melalui pendidikan nonformal. Ayah dari tiga anak ini ingin mewujudkan impiannya melihat masyarakat Pulau Gangga maju melalui literasi. Lewat PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) yang diberi nama Tut Wuri Handayani, Ami Farid, sapaan akrab masyarakat setempat, memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat putus sekolah secara gratis, termasuk layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Bacaan Masyarakat (TBM).

LELAKI berdarah Arab ini bertahuntahun mengenyam pendidikan di kota dan berkarir cukup lama di perkotaan. Ia akhirnya memutuskan kembali ke Pulau Gangga untuk membangun pendidikan nonformal. . Keputusan tersebut, semata karena prinsipnya bahwa sekolah mengajarkan untuk pulang, bukan untuk pergi. Pulang membangun daerah, desa sendiri, agar masyarakat desa menjadi cerdas, tidak kalah dengan orang kota.

Perjuangannya lambat laun mulai membuahkan hasil yang bisa dirasakan oleh semua masyarakat pulau Gangga. Bahkan masyarakat di pulau–pulau daratan kecil lainnya seperti Kinabuhutang, Tambung, Talise, Aerbanua, Wawuniang, dan Bangka merasakan manfaat dari kehadiran lembaga yang ia kelola. Banyak Hukum Tua (Kepala Desa) serta perangkat desa lainnya adalah lulusan PKBM Tut Wuri Handayani pulau Gangga Dua.

Tahun 2016, TBM-nya mulai menjadi rujukan bagi anak-anak SD, SMP, hingga SMK dari desa Gangga Satu dalam mencari bahan bacaan (buku) terkait program literasi sekolah, untuk memenuhi tugas yang diberikan guru di sekolah. Hampir seluruh sekolah yang ada di pulau Gangga belum memiliki perpustakaan, begitu juga di pulau-pulau terdekat lainnya. Itulah mengapa Ami Farid, berusaha untuk lebih mengembangkan TBM dengan memperbanyak bahan bacaan. Tidak hanya buku bacaan kebutuhan anak– anak, tapi juga kebutuhan masyarakat lebih luas, terutama kaum perempuan.

Baca Juga: Membangun Pendidikan dan Kualitas Manusia Indonesia dari Pinggiran

 

TBM menjadi tempat berkumpul masyarakat. Banyak kaum ibu mengajak anak-anaknya bermain dan berkumpul di TBM sambil menunggu suami pulang melaut. Pada Mei 2017, PKBM Tut Wuri Handayani mendapat amanah dari Kemendikbud untuk menjalankan program Kampung Literasi. Ami Farid membentuk tim untuk menjalankan program ini. Taksi Air (Kapal/Perahu) yang selama ini menjadi alat transportasi reguler masyarakat pulang-pergi (PP) daratan kecil pulang Gangga ke daratan besar kecamatan Likupang Barat, didesain menjadi Taksi Air Literasi yang menyediakan berbagai macam bahan bacaan baik buku maupun koran yang rutin diantar loper koran.

Selain itu Ami Farid berupaya agar masyarakat, khususnya anak–anak pulau tetangga, juga merasakan manfaat dari program ini. Maka inisiasi membuat ketiting (perahu kecil menggunakan dayung) pun dilakukan. Ketinting Literasi ini sebagai moda transportasi para relawan pegiat literasi yang notabene siswa MTs, SMK, dan siswa paket A, B, dan C, untuk menebarkan virus membaca dan literasi. Mereka secara bergantian membawa dan mengangkut bahan bacaan ke pulau–pulau terdekat. Tidak hanya mengantarkan buku, namun menghidupkan buku juga seperti membacakan dongeng, main drama, serta mengajarkan keterampilan merajut, membuat keripik, dan lain sebagainya.

Saat ini TBM Tut Wuri Handayani dalam tahapan terus berinovasi agar masyarakat tidak hanya membaca, namun ada nilai ekonomis yang dapat mereka hasilkan di antaranya mereka diajarkan keterampilan membuat keripik kulit ikan tuna, karena banyak nelayan tuna di pulau Gangga. Itu adalah salah satu bentuk peluang bisnis untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, khususnya bagi ibu-ibu rumah tangga.

Prinsip sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain, bahkan untuk banyak orang, bagi Ami Farid memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Menyitir kata-kata Jalaludin Rumi “Semua ada di dalam dirimu, mintalah melalui dirimu sendiri”. Itulah yang membuat Ami Farid yakin bahwa pulau Gangga bisa menjadi pulau literasi pertama yang ada di Sulawesi Utara, sekaligus sebagai percontohan gerakan literasi yang mampu meningkatkan masyarakat pulau agar semakin berdaya dengan life skill yang dimiliki. (*)