Membangun Pendidikan dan Kualitas Manusia Indonesia dari Pinggiran

Halaman : 7
Edisi 65/Juni 2023

Program Guru Garis Depan (GGD) dan Sekolah Garis Depan (SGD) merupakan perwujudan nawacita ke-3 berupa tenaga pendidik dan pembangunan sekolah di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). Melalui dua program ini, harapan Presiden Joko Widodo agar wilayah pinggir Indonesia juga ikut maju dapat tercapai, salah satunya melalui bidang pendidikan.

Untuk memenuhi kebutuhan guru yang ada di daerah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memberikan layanan program afirmasi untuk mengatasi permasalahan kekurangan guru, terutama pada daerah 3T (terluar, terdepan, dan tertinggal). Kemendikbud berencana merekrut 17.000 guru garis depan atau GGD untuk ditempatkan di 15.000 desa di daerah 3T. Program ini dicanangkan akan bergulir hingga tahun 2018.

Program GGD dimulai pada 2015 dengan mengirimkan 798 guru ke 28 kabupaten di daerah 3T yang tersebar di empat provinsi. Ke-798 guru tersebut terpilih melalui seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) formasi PNS untuk para lulusan SM-3T (Sarjana Mendidik di daerah 3T). Dari target sebanyak 4.298 guru, sebanyak 1.480 guru yang mendaftar.

Kemudian tahun 2016 (GGD angkatan kedua), Kemendikbud kembali mengusulkan formasi GGD sebanyak 7.000 kuota, namun pemerintah hanya menyediakan 6.930 kuota. Dasar Hukum Pelaksanaan Seleksi Kompetensi Dasar untuk CPNS GGD 2016 adalah Surat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor B/2637/M.PAN-RB/07/2016 tanggal 26 Juli 2016 tentang Formasi Guru Garis Depan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk Pemerintah Kabupaten. Berdasarkan surat tersebut, Kementerian PAN-RB secara prinsip menyetujui tambahan kebutuhan ASN di bidang pendidikan untuk 93 Pemerintah Kabupaten sasaran GGD.

Baca Juga: Bantuan Sarana Pendidikan Dukung Pembelajaran yang Lebih Baik.

 

Seleksi GGD tahun 2016 diikuti 6.315 peserta dari 6.348 yang mendaftarkan diri. Mereka menjalani seleksi di 107 tempat uji kompetensi (TUK) yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari hasil seleksi tahun 2016, program GGD berhasil merekrut 6.296 CPNS guru untuk ditempatkan menjadi GGD di 93 kabupaten di 28 Provinsi. Ke-28 provinsi yang menerima GGD angkatan kedua adalah Aceh, Sumatra Utara, Riau, Sumatra Barat, Bengkulu, Kepulauan Riau, Sumatra Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.

Pada tanggal 12 September 2017, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy melepas secara simbolis 300 perwakilan CPNS GGD yang mewakili 6.296 orang yang lolos seleksi CPNS GGD Tahun 2016. Saat itu, Surat Keputusan (SK) CPNS per 1 Agustus 2017 telah diterbitkan untuk 5.897 orang. Sementara sisanya masih dalam proses penerbitan SK.

Salah satu CPNS GGD 2016 tersebut adalah Megawati, yang mendapat daerah penempatan di Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Megawati ditugaskan mengajar di SDN Aurimi Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua, untuk mengabdi sekurang-kurangnya 10 tahun sebagai guru garis depan.

Baca Juga: Kartu Indonesia Pintar Agar Anak Bangsa Terus Bersekolah.

 

Ia menuturkan, untuk mencapai lokasi mengajar, diperlukan waktu dua hari menggunakan speedboat atau berjalan kaki selama dua hari melewati hutan dan lembah. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangat Megawati untuk mengajar. “Untuk mengajar di Papua yang harus dilakukan pertama yaitu menarik minat belajar anak-anak Papua dan membuat mereka mencintai gurunya agar mereka semangat untuk pergi ke sekolah,” tutur Megawati.

Guru garis depan lainnya, Sopiyana,  asal Ciamis, Jawa Barat, ditempatkan di Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. Di sana, ia mengajar mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Kepada rekan-rekan sesama CPNS GGD 2016, ia  berpesan agar tetap semangat dan mampu untuk menyesuaikan diri di tempat masingmasing agar membawa keberhasilan untuk daerahnya.

Program GGD menjadi salah satu program afirmasi pemerintah untuk pemerataan kualitas pendidikan di daerah denganmenempatkan guru alumni SM-3T yang telah lulus Pendidikan Profesi Guru (PPG) SM3T untuk ditugaskan di daerah. Untuk tahun 2018, Kemendikbud sedang mempersiapkan rencana rekrutmen 9.086 GGD tahun 2018 dengan sasaran guru honorer bergelar sarjana yang sudah mengabdi di sekolah-sekolah di daerah 3T.

Baca Juga: Pendidikan Vokasi di Daerah 3T Perluas Aksesibilitas SMK di Daerah 3T.

 

Sekolah Garis Depan

Sekolah Garis Depan menjadi program pemerintah dalam membangun kualitas manusia dari pinggir Indonesia, sebagai wujud hadirnya negara di wilayahwilayah terjauh, terpencil, perbatasan, termiskin (suburban, urban, dan rural). SGD juga menjadi salah satu program pemerintah yang berpihak pada kelompok paling rentan dalam pembangunan. Dengan adanya SGD, diharapkan para siswa tetap merasakan pendidikan yang berkualitas meski berada di daerah 3T.

Pada tahun 2016, telah dibangun 114 SGD yang tersebar di Indonesia. Ke-114 SGD tersebut tersebar di 49 kabupaten/ kota. Di Pulau Kalimantan, SGD antara lain dibangun di Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Kapuas Hulu. SGD juga hadir di pulaupulau atau kepulauan kecil di Indonesia, antara lain di Kepulauan Sangihe, Kepulauan Talaud, Pulau Taliabu, dan Kepulauan Morotai. Sementara di bagian timur Indonesia, SGD dibangun antara lain di Kabupaten Raja Ampat, Kota Manokwari, Kepulauan Yapen, Kabupaten Bove Digul, dan Kabupaten Merauke.

Pembangunan infrastruktur SGD dibagi menjadi dua jenis, yakni pembangunan unit sekolah baru (USB) SGD, dan pembangunan revitalisasi sekolah baru. Perkembangan infrastruktur untuk pembangunan USB SGD sudah mencapai rata-rata 40 persen capaian pembangunan, sedangkan pembangunan revitalisasi sekolah baru sudah mencapai rata-rata 60 persen capaian pembangunan.

Baca Juga: Revitalisasi Desa Adat Mempertahankan Keberagaman Budaya.

 

Pada tahun 2017 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) juga telah mengadakan pelatihan/pengajaran berbasis teknologi informasi  dan komunikasi (TIK) untuk 1.800 guru yang tersebar di 114 SGD. Lokakarya Peningkatan Kompetensi Pemanfaatan TIK bertujuan agar Sekolah Garis Depan dapat meningkatkan kemampuan guru, teknisi, atau pengelola dalam pengelolaan dan pemanfaatan jaringan internet untuk pendidikan.

Sekolah Garis Depan yang dibangun di 49 kabupaten/kota pada tahun 2016 ini terdiri dari 103 sekolah hasil revitalisasi dan 11 unit sekolah baru. Sebanyak 103 sekolah hasil revitalisasi tersebut terdiri dari 27 SD, 30 SMP, 25 SMA, 18 SMK, dan 3 Sekolah Luar Biasa (SLB). Kemudian 11 unit sekolah baru terdiri dari 7 SMA, 2 SMK, dan 2 SLB.

Sementara itu di tahun 2017, program SGD berlanjut. Di tahun tersebut SGD dilakukan dengan merevitalisasi dua SLB, yaitu SLB Negeri Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung dan SLB Negeri Komodo di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. (*)