Ruang Muka Indonesia Bahagia

Halaman : 13
Edisi 65/Juni 2023

Keseruan Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2019 terasa di kalangan masyarakat, tercatat sebanyak 203.245 orang mengunjungi festival budaya dengan ratusan kegiatan selama hampir satu minggu. Gelaran budaya yang diselenggarakan di Istora Senayan Jakarta ini menghadirkan ragam budaya khas Indonesia dalam satu wadah dengan tema “Ruang Bersama Indonesia Bahagia”. Tersaji 27 ruang muka sarat budaya hadir memukau pengunjung di berbagai sudut Istora Senayan Jakarta.

Ekshibisi kebudayaan yang menjadi wadah ekspresi budaya itu tak semata-mata didesain oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan panitia penyelenggara saja. Sajian Ruang Muka Indonesia Bahagia ini melibatkan beraneka komunitas budaya serta masyarakat dalam menjaga dan mengenalkan kekayaan budaya Indonesia. PKN 2019 kali ini merupakan kerja bersama dalam menghadirkan ruang interaksi seluruh unsur kebudayaan dan merayakan keragaman ekspresi budaya Indonesia sesuai mandat Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI) 2018 yang lalu.

Dalam KKI 2018 itu, Presiden Joko Widodo mendorong bertambahnya ruang-ruang dialog sebagai panggung interaksi yang toleran. Kita, kata dia, tidak cukup hanya menjamin ketersediaan panggung ekspresi tetapi juga panggung interaksi yang bertoleransi. “Sekali lagi inti dari kebudayaan adalah kegembiraan,” tegas mantan gubernur DKI Jakarta tersebut.

Ruang Muka Indonesia Bahagia pada PKN 2019 merupakan satu dari wujud panggung interaksi yang toleran tersebut. Ruang muka pada PKN 2019 kali ini meliputi pameran lima tradisi pemakaman istimewa dan mumi Indonesia, pameran hobi kayu, pameran pesona wastra, pameran atas nama daun, pameran proyek DNA (Deoxyribo Nucleic Acid), pameran warna alam Indonesia, pameran wajah Indonesia, pameran desain Indonesia, pameran kebaya, pameran warisan budaya dunia dan warisan budaya tak benda, pameran capaian Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, Pameran Badan Koordinasi Penanaman Modal, dan lainnya.

Baca Juga: Gotong Royong Ekosistem Kebudayaan dalam Diskusi

Ruang muka lima tradisi pemakaman istimewa dan mumi Indonesia sangat menarik perhatian pengunjung PKN 2019. Banyak pengunjung yang penasaran ingin melihat mumi Indonesia dari Makassar yang jarang dipamerkan kepada publik. Selain itu ada juga lima ritual pemakaman istimewa yakni Trunyan di Bali, makam bayi Kambira di Tana Toraja, makam dinding batu Lemo dan Londa di Toraja, Waruga di Minahasa, dan sarkofagus di Batak.

“Menyesal terlambat datang ke PKN 2019, karena hari ini pameran mumi Indonesia telah ditutup. Tapi masih ada waktu menikmati pameran lainnya yang tak kalah keren,” ujar Ayu Vina, warga Bekasi yang saat itu datang bersama keluarga ke PKN 2019, Sabtu (12/10/2019).

Sajian Ruang Muka Indonesia Bahagia ini melibatkan beraneka komunitas budaya serta masyarakat dalam menjaga dan mengenalkan kekayaan budaya Indonesia.

Pameran lima tradisi pemakaman istimewa dan mumi Indonesia ini disajikan secara menarik dengan informasi yang ringan nan padat untuk mempermudah pengunjung memahami nilai-nilai tradisi dari negeri ini. Ruang muka ini bertujuan agar masyarakat makin menghargai dan menjaga situs-situs pemakaman di Indonesia yang merupakan bagian dari perjalanan sejarah Nusantara.

Memang hanya segelintir orang yang mengulas tradisi tersebut karena kesan kematian yang melekat dengan suasana duka. Padahal kematian merupakan babak yang tak terpisahkan dari proses kehidupan selain kelahiran. Nenek moyang kita dahulu menciptakan ritual pemakaman yang disesuaikan dengan alam tersebut sebagai penghormatan atas kembalinya arwah kepada leluhur atau dunia abadi.

Baca Juga: Pergelaran Karya Budaya Menumbuhkan Akar Kebudayaan dalam Diri Anak-anak

Beralih dari hal kematian, di PKN 2019 juga terdapat ruang muka pesona wastra dari berbagai daerah di Indonesia. Tradisi pembuatan wastra di Indonesia memang identik dengan kaum perempuan dan dari tangan-tangan merekalah pesona wastra hadir mewarnai budaya Indonesia. Wastra berfungsi mulai dari pakaian sehari-hari hingga pakaian untuk berbagai ritual, terutama dalam upacara daur hidup.

Umumnya proses pembuatan wastra dan ragam hiasnya dikembangkan sejalan dengan kepercayaan serta norma-norma yang dianut masyarakat di suatu daerah atau terinspirasi dari budaya asing yang kemudian disesuaikan dengan estetika daerah setempat. Ragam hias wastra umumnya memiliki makna kebaikan bahkan ragam hias tertentu diyakini dapat menolak pengaruh jahat. Pada intinnya ruang muka pesona wastra ini hadir agar masyarakat mencintai tradisi seni wastra Indonesia.

Hal menarik lainnya di ruang muka PKN 2019 adalah pameran proyek DNA yang berupaya memeriksa syarat-syarat dasar biologis yang menjadikan kita manusia, khususnya manusia Indonesia. Keragaman budaya dan bahasa manusia Indonesia menimbulkan banyak pertanyaan seperti siapa leluhur manusia Indonesia, kapan leluhur tersebut menduduki nusantara, dan lainnya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat terjawab melalui penelitian terhadap 70 populasi etnik dari 12 pulau dengan menggunakan penanda DNA.

Baca Juga: Parade Digdaya Nusantara Kaya akan Keragaman dengan Konteks Kekinian

Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bukti adanya pembauran beberapa pihak leluhur yang datang dari periode dan jalur kedatangan manusia yang beragam ke pulau Nusantara. Penelitan tersebut dilakukan oleh tim bernama Gene Hunter yang dipimpin oleh Herawati Sudoyo. Mereka telah mengumpulkan sampel DNA dari seluruh Nusantara, mulai dari daerah padat penduduk sampai ke pelosok hutan Indonesia.

Selain itu ada juga gerakan Warna Alam Indonesia (Warlami) pada PKN 2019 yang datang untuk memamerkan produk, pengetahuan, dan aset budaya tradisi khususnya kekayaan warna dari berbagai belahan Nusantara. Pameran ini bertujuan untuk mengangkat kembali pewarnaan yang diperoleh dari alam Indonesia, misalnya kunyit untuk warna kuning, tanaman indigo untuk warna ungu, dan lainnya. Tak hanya ramah lingkungan, penggunaan warna alami juga termasuk upaya melestarikan budaya dan mengangkat kearifan lokal masyarakat Indonesia.

Ruang muka pada PKN 2019 kali ini juga bekerja sama dengan Komunitas Hobikayu yang memamerkan seni kriya kayu. Komunitas ini merupakan ruang perajin dan penggemar seni kriya kayu dari Sabang hingga Merauke. Selain memamerkan beragam seni kriya kayu, komunitas ini juga memberikan lokakarya tentang seni kriya kayu bagi pengunjung sebagai wujud dari dukungan mereka terhadap dunia pendidikan, yakni mendukung pendidikan keterampilan dan pengetahuan guna membangun dan melestarikan budaya bangsa melalui seni kriya kayu. (ABG)

Hal menarik lainnya di ruang muka PKN 2019 adalah pameran proyek DNA yang berupaya memeriksa syarat-syarat dasar biologis yang menjadikan kita manusia, khususnya manusia Indonesia.