Hadapi Pertumbuhan Industri 4.0, Perlu Kolaborasi Ekosistem Pendidikan Ciptakan Lulusan SMK Terampil

Halaman : 16
Edisi 65/Juni 2023

Revolusi Industri 4.0 atau industri generasi keempat merupakan perubahan sektor industri di dunia yang dipengaruhi oleh maraknya perkembangan teknologi khususnya internet. Lembaga pendidikan pun menghadapi tantangan yang tidak ringan, terutama Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Revitalisasi SMK harus dilakukan dengan kolaborasi antara pemerintah, industri, dan sekolah serta orang tua untuk melakukan penataan sehingga menjadi lembaga yang unggul dalam menyongsong Revolusi Industri 4.0.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengungkapkan, pemerintah telah mengelompokkan lima industri utama yang disiapkan untuk Revolusi Industri 4.0, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil, otomotif, elektronik, dan kimia. Kelima jenis industri tersebut ditetapkan menjadi tulang punggung dalam rangka meningkatkan daya saing yang sejalan dengan perkembangan industri generasi keempat. Lima sektor tersebut juga dinilainya akan menyumbang penciptaan lapangan kerja lebih banyak serta investasi baru yang berbasis teknologi. 

Lompatan-lompatan teknologi harus membuat SMK mampu menyiapkan segala hal dalam menghadapi transisi ini. SMK harus terus berkembang secara dinamis dan mampu menyelenggarakan pendidikan berbasis kompetensi. Tak hanya itu, dibutuhkan komitmen yang tinggi agar SMK mampu menghasilkan lulusan yang kompeten dalam bidang literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia sebagai tenaga kerja produktif dan profesional yang diakui secara nasional dan internasional.

Baca Juga: Teaching Factory Penuhi Kebutuhan Dunia Usaha dan Dunia Industri

Dalam industri makanan dan minuman, cepat atau lambat, SMK yang memiliki bidang keahlian pertanian harus siap menghadapi Industri 4.0. Pada awal 2018, Direktur Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Bakrun bertemu dengan The Southeast Asian Minister of Education Organization (SEAMEO) dan SEAMEO BIOTROP (SEAMEO Regional Center for Tropical Biology) untuk membicarakan pengembangan pendidikan vokasi di Asia Tenggara. Dalam pertemuan tersebut muncul beberapa gagasan untuk peningkatan SMK. ”Pembinaan akan ke SMK. Sekitar 20 hingga 30 SMK dipilih untuk mengembangkan pertanian,” tutur Bakrun.

Beberapa pemerintah daerah pun mulai bergerak menyiapkan sekolah-sekolah di bawah binaannya untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0 itu. Salah satunya adalah Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Bupati Karawang, Cellica Nurrachadiana melihat dengan adanya revolusi industri 4.0 dan dibukanya pasar Asia, tenaga kerja Karawang harus bersaing dengan masyarakat Indonesia serta dengan warga Asia lainnya.

Pemerintah Kabupaten Karawang pun membuat terobosan dengan mengembangkan kurikulum untuk SMK. Pengembangan kurikulum itu, SMK di Karawang pada satu tahun pertama pembelajaran akan menerapkan 100 persen teori. Pada tahun kedua, pembelajaran berisi 60 persen teori dan 40 persen praktik di dunia usaha dan dunia industri (DUDI).  Kemudian pada tahun ketiga, siswa 100 persen praktik di DUDI. Saat ini sudah ada dua sekolah yang menerapkan kurikulum ini, yakni SMK Trimitra dan SMK Negeri 1 Karawang.

Baca Juga: Lulusan SMK Harus Mandiri, Kreatif, dan Inovatif

Pendidikan vokasi yang siap dengan Revolusi Industri 4.0 juga mendapat dukungan dari DUDI bidang otomotif, salah satunya PT Astra Honda Motor (AHM). Sejak delapan tahun lalu, PT AHM mencoba menjawab kebutuhan itu dengan mengembangkan program kurikulum Teknik Sepeda Motor (TSM) Astra Honda. Program bertajuk Pendidikan Satu Hati itu sudah diimplementasikan di 667 SMK mitra binaan di 31 provinsi.

Selain itu, Program Pendidikan Satu Hati dari PT AHM juga berusaha meningkatkan kompetensi para guru di 667 SMK binaan melalui program pelatihan teknik berjenjang dan materi yang mengikuti perkembangan teknologi sepeda motor terkini. Para guru itu nantinya mengajarkan Kurikulum TSM Astra Honda kepada para siswa dengan peralatan praktik dan laboratorium yang sudah distandardisasi oleh PT AHM.

Di bidang elektronik, salah satu contoh lulusan SMK yang siap dan telah terjun ke dunia Industri 4.0 adalah Guntur Akhmad Fauzi. Lulusan tahun 2014 SMK Negeri 1 Cibinong Jawa Barat ini pernah menjadi Juara 3 Lomba Kompetensi Siswa (LKS) 2012 untuk bidang lomba Website Design. Siswa yang mengambil bidang keahlian Multimedia ini sudah bekerja sebagai programmer dan website designer sejak masih duduk di bangku sekolah. Setelah lulus, ia langsung menyibukkan diri dalam tiga aktivitas utama, yakni bekerja, berwirausaha, dan perkuliahan.

Baca Juga: Potret Capaian Program Revitalisasi SMK Saat Ini

Selain jasa pembuatan laman, Guntur juga menawarkan jasa desain poster, banner, dan lainnya melalui jejaring kaskus dan media social lainnya. Wirausaha ini dijalankannya bersama teman-teman sekelasnya saat bersekolah di SMKN 1 Cibinong Bogor. Dari wirausahanya, Guntur bisa mendapatkan Rp10 juta hingga Rp20 juta. Semua itu dijalankannya sambil kuliah di Universitas Bina Nusantara dengan mengambil jurusan Teknologi dan Aplikasi Game. Sekarang, Guntur sudah merampungkan kuliahnya dan sedang menunggu wisuda pada Desember 2018 mendatang. (DES)