Teaching Factory Penuhi Kebutuhan Dunia Usaha dan Dunia Industri

Halaman : 20
Edisi 65/Juni 2023

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dituntut mampu membekali lulusannya dengan seperangkat kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Pengembangan SMK yang saat ini mulai bergerak dari orientasi pasar tenaga kerja lokal ke internasional serta mempersiapkan para lulusan dengan bekal karakter kewirausahaan, pergeseran orientasi pasar tenaga kerja ini membutuhkan pembelajaran berbasis industri dan kewirausahaan atau lebih dikenal dengan teaching factory.

Melalui pola teaching factory, optimalisasi kerja sama pendidikan dengan industri berdampak pada proses pembelajaran yang semakin berorientasi pada kebutuhan industri. Kerja sama yang dibangun secara sistematis dan berdasarkan pada win-win solution menjadikan teaching factory sebagai penghubung antara dunia pendidikan dengan DUDI yang akan mendorong terjadinya transfer teknologi guna meningkatkan kualitas guru dan softskill bagi peserta didik.

Direktur Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud),M.Bakrun mengatakan, teaching factory menjadi jembatan link and match antara sekolah dan industri. Oleh karena itu, kata dia, proses pelaksanaan pembelajaran di SMK perlu disinkronisasikan antara pembelajaran teori dan praktik untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi akademik dan kompetensi kerja industri.

“Pembelajaran melalui teaching factory juga bertujuan untuk menumbuhkembangkan karakter dan etos kerja disiplin, tanggungjawab, jujur, kerja sama, dan kepemimpinan yang dibutuhkan DUDI,” ujar Bakrun.

Baca Juga: Lulusan SMK Harus Mandiri, Kreatif, dan Inovatif

Dalam pelaksanaannya, teaching factory tidak lagi memisahkan antara tempat penyampaian materi teori dan tempat materi produksi (praktik), sehingga mempunyai prinsip dasar yang harus dilaksanakan. Pertama, adanya integrasi pengalaman dunia kerja ke dalam kurikulum SMK. Kedua, semua peralatan dan bahan serta pelaku pendidikan disusun dan dirancang untuk melakukan proses produksi dengan tujuan untuk menghasilkan produk (barang ataupun jasa). Selanjutnya, ada perpaduan dari pembelajaran berbasis produksi dan kompetensi.

Selain itu, ada tiga komponen yang harus dipenuhi dalam implementasi teaching factory, yaitu peserta didik, guru, dan manajemen sekolah. Peserta didik menjadi unsur utama pembelajaran di sekolah dalam membangun lulusan yang berkarakter sesuai kebutuhan industri. Selanjutnya, guru juga mempunyai peranan sebagai instruktur yang berkemampuan sebagai pengajar, operator, mentor dan fasilitator, inisiator, inspirator serta role model bagi peserta  didik  dalam  mengimplementasikan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan industri. Sedangkan manajemen sekolah berperan sebagai penggerak kinerja institusi sekolah.

Pada pembelajaran teaching factory, pengajar tidak hanya menggunakan guru sekolah, namun bisa juga diambil dari DUDI sebagai guru tamu. Hal ini agar nuansa pembelajaran di lingkungan industri dapat dilakukan di SMK dan kompetensi yang diperlukan di lingkungan industri dapat diajarkan oleh tenaga ahli DUDI sehingga kadar link and match antara SMK dan industri dapat ditingkatkan.

Baca Juga: Potret Capaian Program Revitalisasi SMK Saat Ini

Sebagai contoh, SMK Immanuel Medan, sekolah ini telah menerapkan teaching factory yang bekerja sama dengan salah satu perusahaan kendaraan bermotor asal Jepang yaitu Suzuki. Kerja sama yang dimulai sejak 2004 ini telah menjadikan sekolah itu sebagai satu-satunya sekolah yang memiliki bengkel resmi Suzuki yang terletak tepat di belakang sekolah di Jalan Gatot Subroto, Medan, Sumatra Utara.

Selain menyediakan peluang kerja yang besar bagi lulusan, kolaborasi ini pun memberikan ruang bagi tenaga pengajar di SMK Immanuel Medan untuk mengembangkan pengetahuan mengenai teknologi keluaran terbaru. Tidak kalah pentingnya, mitra usaha itu juga mendukung ketersediaan sarana dan prasarana praktik kerja dengan teknologi terkini di sekolah.

“Ketika ada perkembangan baru dari segi teknologi mesin, tenaga pengajar akan diundang untuk belajar mengenai alat baru itu. Ilmu tersebut yang nantinya akan mereka bagikan kepada murid-murid. Ketersedian sarana praktik juga menjadi keunggulan kita, karena setiap tahunnya kita diberikan bantuan unit kendaraan terbaru untuk bahan belajar," ujar Hormat Sipahutar, Kepala Sekolah SMK Immanuel Medan.

Lebih lanjut disampaikan Hormat, SMK Immanuel Medan tidak sembarang dalam memilih tenaga pengajar. Mereka memilih guru-guru yang memiliki kompetensi dan sertifikasi khusus di bidang sepeda motor serta mengundang guru tamu yang berkompeten sebagai pengajar di sekolahnya. Tak heran jika SMK Immanuel saat ini menjadi satu-satunya lembaga uji kompetensi teknisi sepeda motor resmi oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP).

Baca Juga: Pembangunan Fisik Tercapai, SMK Negeri 1 Mundu Fokus Revitalisasi Alat Praktik

Tujuan lainnya dari pembelajaran teaching factory adalah melatih siswa memiliki keterampilan berwirausaha. Salah satunya adalah SMK Wikrama Bogor yang fokus dalam bidang teknologi informasi. Sekolah ini sudah menghasilkan lulusan yang membuka lapangan pekerjaan dan siap bekerja sama dengan almamaternya untuk membuka peluang kerja bagi adik kelasnya.

Para lulusan tersebut berharap agar lulusan sekolah mempunyai karakter dan mental yang baik untuk bekerja, sehingga tidak menjadi “kutu loncat” saat berada di dunia kerja. Selain itu, loyalitas, kemampuan analisis, dan kerja sama juga sangat diperlukan dalam dunia kerja agar lulusan SMK lebih berkualitas. (PRM/ABG/DNS)