Kenalkan Macam-macam Literasi Ini pada Keluarga

Halaman : 20
Edisi 68/November2024

Dalam menyiapkan generasi emas yang mampu bersaing di dunia global pada masa mendatang, setidaknya ada enam macam literasi yang harus dikenalkan pada anakanak. Pertama, literasi bahasa dan sastra di mana anakanak mampu mengakses, memahami, dan mengolah informasi saat melakukan proses membaca dan menulis.

Kegiatan untuk menumbuhkan literasi tersebut misalnya para orangtua mengajak anaknya membaca, menulis, dan berdiskusi tentang suatu hal menarik, mendongeng atau bercerita tentang kisah inspiratif, memberikan apresiasi terkait literasi pada saat anak pentas di depan kelas, dan lainnya. Kedua, literasi numerasi yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak-anak dalam memahami kegunaan berhitung dalam aspek kehidupan sehari-hari. Begitu juga literasi sains dimana pengetahuan tentang sains digunakan oleh anak-anak dalam memahami dan membuat keputusan yang berkaitan dengan alam.

Selanjutnya, para orangtua didorong untuk memberikan pemahaman tentang literasi finansial kepada anakanak sehingga tercipta kesejahteraan keluarga Indonesia. Anak-anak diajari pola hidup sederhana, menabung atau berinvestasi, berdonasi, dan lainnya agar mereka mengenal bahkan cakap dalam hal pengelolaan keuangan sejak dini.

Literasi budaya dan kewarganegaraan pun perlu dikenalkan pada anak-anak agar mereka mampu memahami, menghargai, dan berpartisipasi secara mahir dalam budaya. Dengan begitu anak-anak akan berpartisipasi aktif dan menginisiasi perubahan di lingkungan sosial mereka. Hal mudah untuk menumbuhkannya adalah dengan mengenalkan lagu-lagu daerah, berdongeng tentang cerita rakyat, dan lainnya.

Baca Juga: Saatnya Penyelarasan Antar Pemangku Kepentingan

 

Hal penting lainnya yang perlu diperkenalkan pada anak-anak adalah tentang literasi digital melihat perkembangan dunia digital yang semakin pesat. Para orangtua perlu memberikan perhatian khusus terkait hal ini sehingga anak-anak dapat mengelola dan memanfaatkan teknologi digital secara bijak, cerdas, cermat, dan tepat. Dengan begitu dapat terbina pola komunikasi dan interaksi yang harmonis antar anggota keluarga.

Pemerintah melalui Kemendikbud akan mencanangkan gerakan 18-20 dimana setiap keluarga diajak agar mempunyai jadwal untuk tidak menggunakan gawai atau teknologi digital lain pada pukul 18.00 hingga pukul 20.00. Waktu senggang selama dua jam tersebut dapat digunakan oleh anggota keluarga untuk berbagi cerita pengalaman masing-masing, beribadah bersama, bermain bersama, belajar bersama, dan kegiatan positif lainnya.

 

Tumbuhkan Literasi Keluarga Melalui Komik, Buku Fiksi, dan Nonfiksi

Kebanyakan anak-anak menyukai tampilan buku dengan penuh gambar berwarna-warni dan tokoh-tokoh yang menarik terlebih lagi jika anak-anak telah mengenal tokoh tersebut sebelumnya. Komik menjadi bacaan yang menyajikan hal-hal tersebut sehingga wajar apabila anak-anak menyukai komik dan betah berlama-lama membacanya.

Komik merupakan buku bacaan yang berisi imajinasi bergambar untuk menerangkan bacaan. Komik lebih menekankan alur cerita yang diceritakan lewat dialog para tokoh di dalamnya, berbeda dengan novel yang hanya menyajikan alur cerita saja. Namun, tidak sedikit orangtua yang mempertanyakan tentang manfaat membaca komik bagi anak-anak padahal sebenarnya komik bisa dijadikan salah satu alat menumbuhkan minat baca anak-anak sehingga mereka gemar membaca.

Baca Juga: Gerakan Literasi Masyarakat dalam Perkembangannya

 

Membaca komik dapat merangsang dan meningkatkan daya ingat pada anak-anak. Biasanya mereka akan menceritakan kembali alur cerita di komik tersebut kepada teman-temannya, orangtua, dan lainnya. Membaca komik juga dapat meningkatkan imajinasi dan kreatifitas anak-anak dengan gambar-gambar berwarna yang disajikan. Bahkan, setelah membaca komik anak-anak bisa diajarkan menggambar tokoh-tokoh yang ada di dalam komik tersebut.

Para orangtua dapat merencanakan liburan akhir pekan bersama anakanaknya dengan membaca komik bersama-sama ketimbang berjalanjalan di pusat perbelanjaan. Selain itu, membaca komik dengan anak-anak saat liburan juga jauh lebih terjangkau harganya dan sangat menyenangkan. Kemungkinan besar setelah membaca komik, anak-anak akan beralih membaca buku-buku pengetahuan lainnya.

Memasuki usia remaja awal (10-12 tahun), anak-anak akan memilah dan memilih buku bacaan yang disukasinya. Bahkan, terkadang mereka lebih menyukai buku bacaan bagi orang dewasa karena rasa keingintahuannya yang besar. Peran orangtua sangat berperan dalam hal ini untuk mengarahkan mereka dalam memilih buku bacaan yang tepat.

Baca Juga: Gerakan Indonesia Membaca Upaya Menumbuhkan Budaya Baca untuk Semua

 

Orangtua perlu mengetahui klasifikasi buku bacaan bagi anak di usia remaja awal ini yang meliputi buku fiksi dan buku nonfiksi. Buku nonfiksi biasanya diangkat dari kisah nyata atau pengalaman seseorang atau sejarah, dalam hal ini orangtua perlu memilih buku nonfiksi yang menumbuhkan inspirasi dan mengedukasi anak-anak. Misalnya, buku nonfiksi tentang orangorang berpengaruh di dunia ini seperti Soekarno, B.J. Habibie, dan lainnya.

Jika orangtua ingin memberikan bacaan fiksi bagi anak-anaknya maka perlu memperhatikan kategorinya terlebih dahulu dan tetap mengawasi serta membimbingnya. Beberapa kategori buku fiksi bagi anak-anak berusia remaja awal diantaranya adalah fantasi, magic, horor, petualangan, misteri, dan coming of age. Dengan buku-buku fiksi ini anakanak tersebut bisa bebas dari teknologi dan mengembangkan kemampuan imajinasi dan kreativitas serta mendorong memiliki rasa semangat dan empati mereka.