SMK Dr. Soetomo Surabaya menjadi sekolah menengah kejuruan pertama di Jawa Timur yang memiliki jurusan teknik produksi film dan program televisi (PFPT). Berbekal peralatan lengkap dari jurusan Multimedia yang telah ada sebelumnya, sekolah ini membuka jurusan tersebut pada tahun pelajaran 2017/2018. Tidak hanya mengandalkan guru yang ada di sekolah, SMK Dr. Soetomo juga menghadirkan praktisi dan akademisi andal.
Membuka jurusan produksi film untuk pertama kalinya di Indonesia, 33 SMK perintis lainnya yang membuka jurusan yang sama boleh jadi mencontoh pada SMK Dr. Soetomo Surabaya, Jawa Timur. Didukung peralatan produksi berstandar penyiaran televisi, SMK yang terletak di Jalan Jojoran IV Surabaya ini telah terbiasa membuat produksi dokumentasi kegiatan dengan kualitas baik melalui jurusan multimedia yang sebelumnya telah ada di sekolah tersebut.
Tahun pelajaran 2017/2018, SMK Dr. Soetomo menerima 30 anak yang berminat pada jurusan PFPT.
Jurusan perfilman memang sedikit berbeda dengan jurusan lain yang ada di sekolah ini. Siswa jurusan perfilman akan menempuh pendidikan selama empat tahun. Dalam masa pendidikannya siswa akan melakukan magang terlebih dulu. Sebagai pendidikan vokasi, keterampilan jelas paling diutamakan. Apakah terampil dalam menyusun naskah atau mahir menjadi director of photography (DOP/sinematografer. Kedua keterampilan itu harus dimiliki siswa pada jurusan ini.
Baca Juga: Kompetensi Keahlian Film Penuhi Kebutuhan Tenaga Teknis Bidang Perfilman dari SMK
SMK Dr. Soetomo tidak hanya mengandalkan guru yang ada di sekolah saja tetapi juga menghadirkan praktisi dan akademisi dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan Institut Seni Indonesia (ISI). Sekolah juga menghadirkan pakar sinematografi dari Jakarta yaitu “Enggong” Supardi dan pakar penyuteradaraan yang sering memberikan workshop film, Panji Wibowo guna menambah wawasan siswanya terkait dengan film.
Ketua Jurusan PFPT, Ashari Cahyono menambahkan, kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa meliputi penulisan naskah, penyutradaraan, sinematografer, artistik dan editing. Semula, kegiatan perfilman ini sudah banyak dikembangkan melalui ekstrakurikuler Smekdors Movie Maker. Aktornya adalah anak-anak dari jurusan multimedia. Namun perkembangan spektrum SMK saat ini mengarahkan jurusan tersebut pada desain grafis dan percetakan. “Kita targetkan setiap semester siswa bisa menghasilkan satu film pendek, sehingga pembelajarannya akan benar-benar fokus pada praktikum,” kata Ashari.
Sekolah yang berslogan “Smekdor’s enjoy @school banget” mempunyai program unggulan non kurikuler yang menunjang siswanya dalam mengembangankan bakatnya dalam film seperti ekstrakulikuler presenter, ekstrakurikuler drama dan film, serta keterlibatan dalam penyelenggaraan Festival Film Surabaya.
Baca Juga: Ini Kurikulum SMK Perfilman untuk Ciptakan Sineas Andal
Prestasi siswa jurusan Produksi Film Smekdors tidak perlu diragukan lagi, tahun 2018 siswa siswi telah berhasil membuat film yang berjudul “Jack”. Film besutan sutradara M. Ainun Ridho itu, merupakan film layar lebar yang mengusung tema Surabaya, mulai aktor hingga lokasi syuting. Bahkan dalam film ini, untuk pertama kalinya di Indonesia, kru produksinya adalah siswa SMK, yakni SMK Dr. Soetomo (SMEKDORS) Surabaya. Sebanyak 35 siswa terlibat secara langsung proses pembuatan Film 'Jack' ini yakni 30 siswa jurusan Film dan 5 siswa dari jurusan Multimedia.
Selain itu, karya Film siswa SMK Dr. Soetomo (SMEKDORS) Surabaya berhasil lolos pada putaran awal Festival Film Siswa (FFS) 2018. SMEKDORS menyetorkan 11 karya film dari siswa kelas 12 dalam ajang FFS dan 3 film berhasil lolos. Ketiga Film tersebut berjudul Duel Viral oleh Aditya Yudha Islamic, The Box oleh Stya Wisnu Pradana dan Monokrom oleh Dimas Khoiril. Seluruh hasil karya siswa Teknik Produksi Film dan TV dapat dilihat di Smekdor’s Chanel.
Dengan berbagai prestasi yang ditunjukan oleh Smekdors, menumbuhkan keyakinan baik pemerintah maupun masyarakat bahwa menjadi siswa SMK juga bisa sukses karena SMK Bisa SMK Hebat. Selain itu, saat ini dengan perkembangan dunia perfilman SMK dengan jurusan perfilmanpun dapat menjadi pertimbangan masyarakat. (RWT, diambil dari berbagai sumber)
Baca Juga: Guru SMK Perfilman Dengan Sinergi ,Wujudkan Lulusan Berkualitas
Breaker 1: SMK Dr. Soetomo tidak hanya mengandalkan guru yang ada di sekolah saja tetapi juga menghadirkan praktisi dan akademisi dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan Institut Seni Indonesia (ISI).
Breaker 2: “Kita targetkan setiap semester siswa bisa menghasilkan satu film pendek, sehingga pembelajarannya akan benar-benar fokus pada praktikum.” – Ketua Jurusan PFPT, Ashari Cahyono