Ini Kurikulum SMK Perfilman untuk Ciptakan Sineas Andal

Halaman : 8
Edisi 66/Mei 2024

Seiring dengan kebangkitan perfilman Indonesia, pemerintah tidak main-main dalam upaya memfasilitasi pengembangan perfilman dan meningkatkan kompetensi insane perfilman Indonesia. Di tahun pelajaran 2018/2019 setidaknya ada 34 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) perintis yang membuka program keahlian perfilman. Apa saja kompetensi yang harus dimiliki siswa SMK Perfilman untuk menjadi sineas yang kompeten?

Sesuai amanat Undang-undang Nomor 33 tahun 2009 tentang Perfilman, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berperan dalam menyiapkan lulusan SMK sebagai tenaga teknis perfilman yang kini diisi oleh lulusan pendidikan tinggi. Selain tenaga teknis perfilman yang masih kurang, lulusan universitas dinilai terlalu tinggi dalam hal standar kompetensi. Alasan lainnya yaitu untuk mengurangi masuknya tenaga perfilman dari luar negeri.

“Di sini ada ruang kosong buat lulusan-lulusan SMK, seharusnya bisa masuk kesana pangsa tenaga kerjanya. Selain menjadi pasar, Indonesia juga dapat memiliki industri perfilman yang dapat disejajarkan dengan Negara seperti India dengan Bollywood atau Amerika dengan Hollywood,” ujar Kepala Pusat Pengembangan Perfilman Kemendikbud, MamanWijaya.

Dalam menciptakan sineas andal, seorang lulusan SMK Perfilman dengan kompetensi keahlian Produksi Film setidaknya akan menempuh 5.016 jam pelajaran (45 menit)selama 3 tahun. Mata pelajaran muatan peminatan kejuruan akan mereka tempuh selama3.030 jam pelajaran dengan rincian 252 jam pelajaran untuk mata pelajaran dasar bidang keahlian, 540 jam pelajaran untuk mata pelajaran dasar program keahlian, dan 2.238 jam pelajaran untuk mata pelajaran kompetensi keahlian. Selain itu mereka juga akan menempuh 1.734 jam pelajaran untuk mata pelajaran muatan nasional dan muatan kewilayahan selama 252 jam pelajaran.

Baca Juga: Guru SMK Perfilman Dengan Sinergi ,Wujudkan Lulusan Berkualitas

Lulusan SMK dengan kompetensi keahlian Produksi Film harus menguasai tujuh kompetensi keahlian agar mereka mampu bersaing di dunia usaha dan dunia industri (DUDI) bidang perfilman level nasional bahkan global. Pertama, kompetensi keahlian yang harus dimiliki adalah tata artistik. Mereka harus mampu mengerjakan set untuk produksi film mulai dari penataan properti, dekorasi, organisir kostum, tata rias, dan lainnya.

Kompetensi kedua yang harus dikuasai adalah tata suara. Mereka harus mampu memasang dan mengoperasikan perangkat perekam suarahingga mixing dan mastering atas suara yang telah direkam sebelumnya. Ketiga, mereka juga harus menguasai kompetensi keahlian tata kamera di mana mereka dituntut mampu menghasilkan set gambar dengan pencahayaan sesuai yang dibutuhkan dalam film tersebut. Selain mereka harus mampu mengoperasikan kamera dengan baik, mereka juga harus dapat mendesain arah cahaya sesuai kebutuhan produksi.

Keempat, kompetensi keahlian yang harus mereka miliki adalahediting atau penyuntingan baik audio maupun video. Minimal mereka mampu melaksanakan dimensi-dimensi penyuntingan tersebut sehingga proses penyatuan suara dan gambar tampak sempurna sesuai kebutuhan produksi. Tak hanya itu, mereka juga perlu mengembangkan hasil penyuntingannya agar kreativitas semakin terasah.

Baca Juga: Peduli Perfilman, Kemendikbud Bantu Sarana dan Prasarana Produksi Film Sekolah

Selanjutnya, mereka harus memiliki kompetensi dalam hal efek visual dan animasi. Mereka dituntut untuk mampu memanjakan mata penonton atas karya filmnya melalui manipulasi gambar buatan atau gambar fantasi sehingga tayangan tersebut lebih menarik. Tak hanya itu, pembuatan animasi pun perlu mereka kuasai untuk menghasilkan tayangan menarik tersebut.

Terakhir, mereka harus memiliki kompetensi keahlian dalam hal produk kreatif dan kewirausahaan. Kelak mereka menjadi pengusaha di bidang perfilman maka mereka mempunyai bekal ketika terjun kedunia usaha tersebut. Setidaknya mereka memiliki ilmu manajemen pemasaran atas produk yang mereka hasilkan mulai dari menghitung biaya produksi, melakukan kegiatan promosi yang baik, membuat laporan keuangan, dan lainnya.

Selain mata pelajaran kompetensi keahlian tersebut, tujuh mata pelajaran lain yang harus mereka tempuh dalam peminatan kejuruan adalah mata pelajaran dasar bidang keahlian dan mata pelajaran dasar program keahlian. Mata pelajaran itu di antaranya: simulasi dan komunikasi digital, tinjauan seni, dasar-dasar kreativitas, sejara film, seni film, produksi film, dan sinematografi dasar.(ABG)

Baca Juga: Pembukaan Jurusan Baru di SMK Perfilman Peran dan Dukungan Pemda Dibutuhkan

 

Sekolah Pencetak Wirausaha

Dalam menciptakan wirausaha muda, khususnya lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berupaya mengajak dan menantang para kepala SMK untuk bekerja sama melahirkan lebih banyak lagi siswa-siswi yang berjiwa wirausaha bahkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan di masyarakat. Tahun ini, pemerintah melalui Kemendikbud telah memberikan bantuan kepada 150 SMK dalam Program Sekolah Pencetak Wirausaha (SPW), bantuan itu berupa bimbingan teknis dan pembiayaan dalam hal kewirausahaan.

Bantuan itu diberikan agar SMK penerima bantuan tersebut mampu melahirkan wirausaha muda dengan target 5 persen dari total lulusan di sekolahnya masing-masing. "Program Sekolah Pencetak Wirausaha ini untuk mengintegrasikan konsep BMW yaitu bekerja, melanjutkan studi, wirausaha," ujar Kepala Subdi rektorat Kurikulum Direktorat Pembinaan SMK Kemendikbud, Mochamad Widiyanto,di kantor Kemendikbud beberapa waktu lalu.

Pendidikan kewirausahaan di SMK saat ini diimplementasikan melalui berbagai pembelajaran bagi siswa yang berbasis produksi dan bisnis di antaranya teaching factory,techno park, dan lainnya. Kegiatan itu merupakan praktik nyata dari mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa SMK yaitu Produk Kreatif dan Kewirausahaan serta Simulasi dan Komunikasi Digital.

Program SPW ini juga mendorong para siswa SMK agar memiliki keterampilan berwirausaha melalui  praktik-praktik yang dilakukannya di lapangan dengan target omzet per semester. Praktik berwirausaha itu dilakukan dengan berbasis daring (online) terlebih dahulu karena dinilai relative lebih murah dan lebih mudah. Selain itu, pemanfaatan teknologi digital tersebut sejalan dalam upaya menghadapi era indsutri 4.0 saat ini.

Baca Juga: Kompetensi Keahlian Perfilman di SMK Perjalanan Pembukaan SMK Perfilman

"Indikator keberhasilannya kalau siswa tidak perlu mencari pekerjaan, bahkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya maupun orang lain. Kita ingin anak-anak ini semuanya memiliki pekerjaan, bekerja atau wirausaha, tidak ada yang menganggur," ungkap Widiyanto.

Program SPW ini juga sejalan dengan salah satu nilai utama Program Penguatan Pendidikan Karakter yaitu mandiri. Para siswa SMK didorong untuk mampumengaplikasikan keterampilan yang dimilikinya menjadi suatu usaha atau bisnis yang bernilai dan bermanfaat bagi orang lain. Tentunya mereka harus mampu membuang rasa malu yang kerap dihadapi oleh wirausahawan pemula serta yang terpenting harus memiliki komitmen, konsistensi, dan integritas atas udaha yang dibangunnya itu. (ABG)