Kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat, yang sering disebut sebagai tripusat pendidikan, penting dalam membangun karakter peserta didik. Sekolah bukanlah satu-satunya pihak yang bertanggung jawab membangun karakter siswa, namun perlu peran keluarga dan masyarakat.
Sinergi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat, sebagai sebuah ekosistem pendidikan, diperlukan dalam membentuk karakter positif siswa sebagai generasi penerus bangsa. Karakter positif yang ditanamkan di sekolah, perlu dibiasakan di lingkungan keluarga dan masyarakat. Nilai-nilai yang ditanamkan di tiga lingkungan tersebut, hendaknya sejalan dan saling menguatkan.
Kuatnya sinergi antara pihak sekolah, keluarga, dan masyarakat akan membuat siswa merasakan dukungan penuh dari lingkungan dalam menjalani kegiatan belajar di sekolah. Masing-masing unsur tripusat pendidikan memberi kontribusi pada kegiatan pendidikan, yakni bimbingan, pengajaran, dan pelatihan. Karena itu, program atau kebijaksanaan masing-masing harus saling memperkuat agar tercapai tujuan pendidikan dan terbangun karakter positif siswa.
Penguatan Pendidikan Karakter
Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang digulirkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), menekankan pelibatan dan kerja sama yang saling menguatkan antara semua unsur tripusat pendidikan. Tiap unsur tripusat pendidikan memiliki peran berbeda namun saling menguatkan untuk pembentukan karakter positif siswa yang meliputi berintegritas, religius, memiliki jiwa nasionalis, mampu bergotong royong, dan mandiri.
Baca Juga: Aneka Cara Buat Belajar Menyenangkan
Prinsip-prinsip PPK menurut Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 yaitu: 1. berorientasi pada berkembangnya potensi peserta didik secara menyeluruh dan terpadu; 2. keteladanan dalam penerapan pendidikan karakter pada masing-masing lingkungan pendidikan; dan 3. berlangsung melalui pembiasaan dan sepanjang waktu dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip-prinsip tersebut akan bisa berjalan jika ketiga unsur tripusat pendidikan bekerja sama untuk saling menguatkan. PPK, menurut Perpres tersebut, menggunakan pendekatan berbasis kelas, budaya sekolah, dan masyarakat.
Sekolah bertugas merumuskan kegiatan-kegiatan terkait pendidikan karakter, yang melibatkan orang tua dan masyarakat. Sebelum merumuskan kegiatan-kegiatan tersebut, pihak sekolah perlu melakukan asesmen untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, potensi, dan keunikan sekolah. Sekolah juga perlu menjaring aspirasi dari orang tua dan masyarakat untuk merumuskan kegiatan-kegiatan untuk menumbuhkan karakter positif, ataupun kegiatan-kegiatan yang menyenangkan namun berdampak positif bagi karakter siswa.
Dalam implementasi PPK, peran kepala sekolah sebagai manajer sekolah sangat penting dan menentukan. Kepala sekolah berperan sebagai penanggung jawab dan pemimpin pelaksanaan program dan kegiatan. Selain itu kepala sekolah perlu memastikan koordinasi dengan orang tua dan masyarakat berjalan baik dan sehat. Hasil yang diharapkan adalah terciptanya iklim sekolah yang menyenangkan dan mampu menumbuhkan karakter positif siswa.
Baca Juga: Tahun Pelajaran Baru, Yuk Kenalan dengan Rumah Belajar
Temukan Bakat dan Minat Siswa
Pihak sekolah dan keluarga perlu bekerja sama dalam menemukan bakat dan minat siswa. Komunikasi antara sekolah dan orang tua siswa perlu terus dijalin, untuk menemukan di bidang apa seorang siswa menaruh minatnya. Orang tua perlu bercerita kepada pihak sekolah, apa saja kelebihan dan kekurangan anaknya, bidang apa saja yang diminati anaknya, dan aspek-aspek lainnya. Bakat dan minat siswa dapat diakomodir dengan pembelajaran baik di intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler.
Guru juga dapat menggali karakteristik masing-masing siswa melalui orang tuanya. Guru dan orang tua perlu berbincang untuk mengetahui sikap siswa dalam berinteraksi dengan teman-temannya, dan bagaimana kemampuannya berkomunikasi. Seorang siswa yang cenderung bersifat tertutup, memerlukan pendekatan yang berbeda dibandingkan dengan siswa lainya yang gampang bergaul dan cepat memiliki teman akrab. Dengan mengetahui karakteristik tiap-tiap siswa, guru dapat membimbing siswa sesuai dengan karakteristik tersebut.
Dalam kasus tertentu, misalnya di sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus, komunikasi antara guru dan orang tua harus lebih erat dijalin. Anak-anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik unik yang perlu diketahui guru. Informasi dari orang tua tentang karakteristik anak sangat diperlukan di sekolah ini.
Siswa juga perlu didengar aspirasinya. Siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya tentang pembelajaran di sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang menunjang bakat dan minatnya. Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah juga perlu dirancang untuk mengakomodir minat para siswa.
Baca Juga: Orang Tua juga Berperan Ciptakan Sekolah yang Menyenangkan untuk Anak
Menggandeng Masyarakat
Dalam sejumlah kesempatan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengimbau sekolah untuk menggali sumber-sumber belajar di masyarakat dan mengundang alumni atau praktisi untuk memberikan inspirasi kepada para siswa. Menurut Mendikbud, fasilitas-fasilitas yang ada di masyarakat seperti rumah ibadah, sanggar seni dan budaya, sawah dan kebun, perpustakaan milik komunitas literasi, museum harus dijadikan sumber belajar untuk memperkaya hasanah belajar siswa.
Menggandeng masyarakat juga dapat diwujudkan dengan cara mengoptimalkan peran komite sekolah sebagai lembaga partisipasi masyarakat yang menjunjung tinggi prinsip gotong royong. Selain itu juga dengan cara melibatkan dan memberdayakan potensi lingkungan seperti tokoh masyarakat, pegiat seni dan budaya, alumni, serta dunia usaha dan dunia industri. Selain itu perlu juga upaya menyinergikan kegiatan sekolah dengan kegiatan-kegiatan yang berlangsung di masyarakat. (PPS, WID)