Menjadikan sekolah sebagai rumah kedua anak yang menyenangkan tidak semudah kelihatannya. Tapi bukan juga berarti hal yang mustahil untuk mewujudkan hal tersebut. Seperti yang dipraktikkan para guru dan tenaga kependidikan berikut. Mereka berbagi cerita dan konsep untuk menciptakan sekolah yang menyenangkan bagi peserta didik. JENDELA sajikan ulasannya berikut ini.
Momen Pemilihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi 2019 dimanfaatkan JENDELA untuk menjaring praktik baik yang dilakukan para guru dan kepala sekolah. Salah satunya adalah Mustamin, Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 8 Ternate, Maluku Utara yang bersedia menyediakan waktu untuk diwawancarai.
Menurutnya, sekolah yang menyenangkan adalah sekolah ramah yang bisa membuat warga sekolah di dalamnya dapat menikmati suasana lingkungan sekolah yang ceria dan tidak menegangkan. Karena, lanjut Mustamin, jika sekolah itu menyenangkan khususnya bagi siswa yang belajar maka dapat menjadi faktor penting dalam meningkatkan niat belajar anak. “Ini nantinya pasti akan berdampak juga pada peningkatan nilai dan kualitas belajar siswa,” tuturnya.
Mustamin mengungkapkan, langkah yang dilakukan dalam mewujudkan sekolah yang menyenangkan adalah dimulai dari penerimaan siswa didik baru. Para peserta didik baru itu diberikan contoh konsep sekolah yang menyenangkan dengan melibatkan seluruh komponen sekolah. “Sejauh ini dilakukan dengan penerapan kegiatan 5S yaitu senyum, salam, sapa, sopan, santun, yang dimulai dari kepala sekolah, guru, dan melibatkan seluruh komponen sekolah,” ungkapnya.
Baca Juga: Tahun Pelajaran Baru, Yuk Kenalan dengan Rumah Belajar
Mengenai kendala yang dihadapi dalam menciptakan sekolah yang menyenangkan, sejauh ini berasal dari latar belakang orang tua peserta didik. Akan tetapi dengan kerja sama yang baik dari seluruh komponen sekolah, SMA 8 Ternate memberikan arahan serta informasi yang baik kepada orang tua peserta didik, sehingga kendala yang ada dapat terselesaikan dengan cepat. “Sekolah menyenangkan dengan konsep sekolah ramah pun dapat tercipta di lingkungan sekolah,” tambahnya.
Contoh praktik baik lainnya adalah cerita dari Thomas Tentuah, Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Piru, Maluku. Langkah yang dilakukan dalam mewujudkan sekolah yang menyenangkan pada institusi yang ia pimpin adalah dengan memberikan banyak kegiatan untuk dipilih peserta didik. Misalnya kegiatan Pramuka, olahraga, serta kegiatan ekstrakurikuler lainnya. “Walaupun dengan keterbatasan fasilitas yang dimiliki, hasilnya dapat dilihat yaitu siswa kami berprestasi salah satunya dalam juara di tingkat nasional,” kata Thomas.
Sementara itu, bagi seorang pengawas sekolah SMA di Gorontalo, Ibrahim Sumardi, strategi yang dapat diterapkan untuk mewujudkan sekolah yang menyenangkan adalah dengan “4E Activity”. Yang dimaksud “4E Activity adalah enjoy, easy, excellent dan earn. Ia mengatakan, strategi ini telah diterapkan dan dapat dijadikan contoh bagi sekolah lainnya.
Ibrahim yang juga Koordinator Pendidikan Layanan Khusus dan Daerah Khusus di wilayahnya menerangkan strategi tersebut lebih detail. Menurutnya, enjoy adalah menyenangkan, artinya guru bahagia sehingga proses belajar mengajar dapat dilakukan secara maksimal. Kemudian easy adalah apa yang disampaikan oleh pengawas kepada sekolah dan guru dapat dengan mudah dipahami. Dengan excellent, pengawas menjadikan guru dan kepala sekolah yang hebat sehingga siswa pun nantinya dapat menjadi hebat di bidang kompetensinya. Terakhir, earn adalah inovasi yang dilakukan oleh guru punya produktivitas yang baik kepada sekolah, guru dan siswa.
Selain itu, Ibrahim juga menerapkan teknik CINTA dan Konsep ABC. Teknik Cinta adalah Contoh, Ikuti, Nyatakan, Terima dan Aktif. Konsep ABC adalah Aktif, Bersinergi dan Contoh.
Baca Juga: Orang Tua juga Berperan Ciptakan Sekolah yang Menyenangkan untuk Anak
Suasana Kelas Menyenangkan
Di samping kepala sekolah dan pengawas, sebagai seorang pendidik, guru juga harus dapat menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Hal ini dilakukan agar peserta didik betah berlama-lama di dalam kelas mendengar penjelasan guru.
Salah satu metode yang dilakukan oleh Jaka Satri, guru mata pelajaran KIMIA di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 8 Bengkulu Utara adalah melalui pendekatan persuasif kepada peserta didik, mengingat lokasi sekolah berada di pinggir pantai dan cenderung karakter anak-anak bersifat keras makanya perlu dengan pendekatan yang penuh kasih sayang dan kelembutan. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan suasana hati siswa ketika belajar di sekolah.
Jaka menjelaskan selain pendekatan persuasif, ia juga melakukan pembelajaran dengan media-media sederhana, yang tadinya pelajaran kimia bersifat abstrak menjadi konkret dan siswapun senang dan tidak takut lagi pelajaran kimia.
“Jika fasilitas sekolah kurang memadai guru jangan mengeluh akan keterbatasan, ciptakan metode yang kreatif dan dapat diikuti oleh guru-guru lain sehingga tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan di sekolah,” jelasnya lagi.
Baca Juga: Bangun Sekolah Menyenangkan Bersama-sama
Jaka mengatakan, jika metode ini dapat diadaptasi guru-guru di daerah lain, maka pembelajaran yang didapat oleh peserta didik akan berguna bagi kehidupannya. Tidak lupa juga kaitkan pelajaran dengan filosofi sehingga dapat membentuk karakter jiwa dan mental para siswa.
“Sekolah yang menyenangkan adalah sekolah ramah yang bisa membuat warga sekolah di dalamnya dapat menikmati suasana lingkungan sekolah yang ceria dan tidak menegangkan.” -- Mustamin, Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 8 Ternate, Maluku Utara
Jaka juga menyarankan kepada para guru yang mempunyai ide-ide terkait pendekatan dalam ranah pendidikan untuk menulis. Gagasan yang sudah tertuang dalam bentuk tulisan memudahkan para guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk membaca dan mengadaptasi. Dengan begitu, ilmu yang didapat tidak hanya dapat diterapkan di sekolahnya sendiri saja, melainkan juga sekolah-sekolah lain.
Lain halnya dengan Jaka, Parada Monita Napitupulu, guru SMAN 1 Nekamese, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), menciptakan istilah CUAN dalam metode pembelajaran mata pelajaran ekonomi. Singkatan CUAN diciptakan agar siswa dapat mudah mengingat bahan pelajaran yang diajarkan guru. Nama CUAN terinspirasi dari istilah dalam bahasa Tionghoa yang digunakan para pedagang dan investor pasal modal.
Baca Juga: Sekolah sebagai Rumah Kedua bagi Anak
“Cuan itu, kan, kalau dalam bahasa Cina berarti ‘uang’, tapi maksud saya CUAN itu care, siswa dan guru saling memperhatikan satu sama lain, lalu understanding yaitu sikap saling memahami dan saling mengerti. Kemudian, action. Action itu seperti kebun sekolah, ada ibadah bersama, ada kegiatan ekstrakurikuler,” ujar Monita.
Menurut Monita, pembelajaran sekolah yang menyenangkan itu adalah ketika siswa dapat menjadikan sekolah sebagai rumah kedua. “Ada anak cenderung takut untuk bertanya, di sinilah peran guru melakukan pendekatan ke siswa dan gurupun dianggap sebagai teman untuk bercerita sehingga siswa tidak takut lagi untuk bertanya,” terangnya lagi.
Ia berharap metode pengajarannya tersebut dapat diadaptasi oleh guru-guru di Indonesia, karena dapat meningkatkan kualiatas pendidikan dan kreativitas guru-guru dalam menciptakan metode pembelajaran bagi siswa. (DEN, RYK, MUF, HOT)
“Pembelajaran sekolah yang menyenangkan itu adalah ketika siswa dapat menjadikan sekolah sebagai rumah kedua.” -- Parada Monita Napitupulu, Guru SMAN 1 Nekamese, Kupang, Nusa Tenggara Timur